🍎Bab••7

13.2K 1.6K 74
                                    

TANPA ragu dan tanpa segan, Haechan yang berada dalam gendongannya langsung dia banting ke atas kasur hingga membuat laki-laki manis itu sedikit meringis dengan kondisi tubuh yang terasa panas melilit hingga perutnya. Sengatan itu sangat kuat dirasakan, membuat tubuhnya menggelinjang mencari pelampiasan.

Mark hanya menatapnya dengan gigi yang digertakkan. Dasinya dia buka dan dia lempar, lengan kemeja yang dia kenakan dia gulung hingga siku dengan dua kancing atas yang sudah terbuka, nafasnya memburu dengan netra keemasan yang sudah menguasai dirinya, telinga hewannya keluar menandakan instingnya mulai bekerja.

"Kau yang membuatku seperti ini Haechan." ucapnya, ia naik ke atas kasur dengan tangan kanan yang langsung meremat pinggang Haechan dengan jemarinya sampai kukunya yang tajam menggores sedikit kulit laki-laki manis yang berada di bawahnya.

"Asshhh____Mark." Haechan sudah tidak tahan, semakin Mark menyentuhnya semakin perih dan panas dirasakan ditubuhnya, dia sedikit tidak sadarkan diri.

"Apa? Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan tetap memandang wajah Haechan yang memerah dan dipenuhi peluh keringat.

"Mark__kau."

Mark tersenyum sinis.

Wajahnya ia tundukkan mendekat hingga mereka berdua dapat merasakan deru nafas mereka satu sama lain. Haechan menarik tengkuk Mark yang berada di bawahnya, mencium bibir tipis itu dengan bernafsu. Membelit lidah, menyesap, menghisap bibir atas dan bawah itu secara bergantian.

Aroma memabukkan tercium kembali di seluruh ruangan. Baik aroma yang dikeluarkan oleh Mark maupun Haechan, tidak ada yang bisa mencium aroma itu. Hanya mereka berdua, pergelutan itu kian membara kala tangan Mark mulai menggeriliya di perpotongan lehen Haechan yang terangkat. Mark menyentuh tanda itu, tanda yang dibuatnya di belakang leher Haechan.

Tubuh itu melengkung ke atas. Kakinya di tekuk, mengangkang hingga Mark dapat mendapatkan akses.

Tapi.

Mark tidak melakukannya, tubuhnya tetap dia tahan tanpa menyentuh tubuh Haechan yang berada di bawahnya.

Sekali lagi.

Dia menggigit tanda itu sekali lagi.

"Aaarrrrggghh!!!!!"

Haechan berteriak karena rasanya lebih sakit daripada yang pertama kali. Mulutnya dibekap, Mark tidak mengizinkan agar Haechan berbicara keras.

"Tidak akan semudah itu Lee Haechan."

Mark berdiri, turun dari kasur dan meninggalkan Haechan yang sudah menggeliat seperti cacing kepanasan. Tangannya meraba dada sendiri, merabanya dari atas hingga bagian bawahnya. Haechan terus saja saja memanggil namanya tapi Mark tidak peduli.

Dari dalam laci dia mengeluarkan sebuah borgol yang disimpannya.

CKLIKK

Mark memasangnya pada satu pergelangan Haechan dan satunya lagi dia pasang pada kepala ranjang membuat Haechan tidak dapat bergerak terlalu bebas.

KLRIINGG

KLRIINGG

Borgol itu berbunyi saat Haechan mencoba untuk melepaskannya.

"Mark lepaskan aku! Kumohon, arrgghhhh____"

Permintaan Haechan tidak didengarkan, Mark. Laki-laki angkuh itu bahkan kini berjalan menjauh dari kasur tempat Haechan ditahannya, dia mengambil cerutu rokok dan pemantik api untuk menyalakannya.

Dengan duduk santai bak menonton sebuah pertunjukkan, Mark mengepulkan asap rokok yang baru saja dinyalakannya, menikmati Haechan yang tersiksa karena ulahnya. Dia terlihat puas, untuk saat ini Mark tidak ingin menyentuh mate nya. Selama kesadarannya masih dia kontrol.

[08] Wolf Demon and HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang