HAECHAN menenteng tas nya dengan cepat, untuk hari ini dia tidak ingin pulang dengan Mark, lebih baik dia menaiki bus dan lebih cepat sampai di rumah, lagipula pekerjaannya sudah selesai sebelum waktunya pulang. Johnny juga sedang pergi ke toilet. Jadi, ini merupakan kesempatan yang sangat bagus baginya.
Senyumnya terpapar sinar lampu membuatnya semakin cerah terlihat. Dirinya sudah membayangkan bagaimana empuknya kasur miliknya yang berbeda di rumah Mark. Tentunya.
"Mau kemana kau?" suara bariton menginterupsi Haechan yang baru saja melangkah beberapa langkah dari meja kerjanya, senyumnya langsung luntur dan angan-angannya akan kasur empuknya seketika buyar hanya dengan kalimat pertanyaan yang dilontarkannya oleh seorang bernama Mark.
"Tentu saja pulang Mark, memangnya aku mau kemana lagi?" jawabnya dengan sorot mata tidak melihat langsung ke arah Mark.
"Memangnya kau akan pulang naik apa?"
"Tentunya bus, alu sudah terbiasa menaiki kendaraan umum itu. Lagipula, hanya beberapa block dari sini ke rumahmu, perlu satu bus saja. Jadi itu tidak akan memakan waktu lama."
Mark kembali dengan wajah datarnya.
"Lalu? Siapa ynag mengizinkanmu untuk pulang? Aku tidak akan membiarkannya."
Haechan mendumal tidak jelas pada lantai knaror yang diinjaknya.
"Ayolah Mark, pekerjaanku sudah selesai lalu apa lagi?" Haechan mencoba untuk mengelak, hari ini dia cukup lelah. Mengingat tubuhnya yang belum sembuh total, atau hanya perlu mengumpulkan tenaga saja.
"Persiapkan barang-barangku, kita akan bertemu klien malam ini juga. Dau tentunya, kau akan ikut bersamaku."
Haechan melotot, apa dia tidak salah dengar. Ini sudah lewat jam kerja, dan untuk menemani Mark bertemu dengan klien nya malma ini sudah di luar jadwalnya. Di jadwal bukan dirinyalah yang harus menemani Mark untuk melakukan pertemuan.
"Mark, bukankah ada Johnny hyung yang kaan menemanimu? Kau tidak memerlukanku, aku tidak tahu pembahasan yang akan kau lakukan, bahkan untuk kontrak bukan aku yang bertanggung jawab akan hal itu, tapi Johhny hyung."
"Haechan, apa kau lupa? Aku tidak menerima penolakan sama sekali. Kau ikut denganku, dan aku tidak mengizinkanmu untuk pulang sendirian. Jika aku membiarkanmu pergi sendiri, aku yakin kau akan bertemu dengannya lagi."
Haechan dengan kekesalannya dan sudah lelah untuk meladeni Mark.
"Terserah kau saja."
•
•
•
Mereka berempat sudah sampai di sebuah restoran khusus makanan China, pada dasarnya Johnny juga ikut tapi Mark enggan untuk mengajaknya masuk karena sudah terlanjur menyuruh Haechan untuk ikut bersamanya, walaupun Haechan sendiri enggan untuk ikut.
"Bukankah Johnny hyung ada di sini? Mengapa harus aku yang masuk?" ucap Haechan dengan dahi yang mengkerut dan wajah masam. Dia juga belum membersihkan diri setelah seharian bekerja, itu membuat seluruh tubuhnya terasa lengket dan tentunya bau apek mulai tercium.
"Sudah jangan mengeluh, aku sudah menugaskanmu. Johnny, kau diam di sini bersama Ten." perintahnya pada sang sekertaris untuk diam bersama supir pribadinya.
"Hmmm___" dan itu hanya dijawab sebuah gumaman oleh Johnny.
Mark menarik pergelangan Haechan untuk ikut masuk mengikuti dirinya. Yang dilakukan Haechan kini hanyalah pasrah, lagipula melawan hanya akan memperburuk keadaan. Mengingat tempramen Mark sudah buruk dari tadi siang saat dirinya dipergoki sedang bertemu dengan Eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
[08] Wolf Demon and Human
Fanfiction[COMPLETED] [Supranatural] [Fantasy Modern] Mark tidak menyangka, jika dia ingin menjadi raja diantara orc dia harus menikah dengan mate nya. Para tetua terus saja mendesaknya, terutama sang ayah yang merupakan raja sebelumnya dari para orc. Sedangk...