🍎Bab••11

12.7K 1.4K 67
                                    

MARK merasa perutnya sangat mual, kepalanya dengan tubuh yang sedikit bergetar. Dia siap untuk memuntahkan isi perutnya jika saja Haechan yang memang berbeda di dalam kamarnya tidak siap siaga. Dengan cepat ia mengambil ember kecil dan diletaknnya di depan Mark.

*woooeekkk

Hanya sedikit makanan dan beberapa air bercampur liur yang keluar. Sepertinya tadi malam dia terlalu banyak minum hingga membuat tubuhnya bereaksi seperti ini. Dia terlalu memaksakan diri, hanya karena tidak ingin laki-laki yang lebih pendek darinya ini menegak minum alkohol. Ditambah lagi, dia tidak ingin Haechan menerima minuman dari klien nya yang hidung belang, padahal sudah hampir berbau tanah.

"Kau tidak apa?" Mark melirik dari ekor matanya, ia dapat melihat wajah Haechan yang begitu dekat dengannya, dengan bibir yang dirapatkan dan tangan yang tetap menepuk punggung tegap itu.

"Aku tidak apa." Mark menegakkan punggungnya dengan tangannya yang melepaskan tangan Haechan yang menepuk punggungnya. Matanya tidak lepas dari gerakkan yang dilakukan oleh Haechan, laki-laki manis (lupakan) pikir Mark, berjalan keluar untuk membuang bekas muntahan; mungkin.

Dan benar saja, tidak lama setelahnya Haechan datang dengan membawa satu buah minuman hangat bersamaan dirinya. Air hangat yang sudah dicampur dengan madu pikir Mark dilihat dari warna dan aroma yang mulai tercium kala Haechan mulai mendekatinya, tempat tidur itu sedikit bergoyang saat Haechan menaikinya dan duduk di dekat Mark.

"Minumlah." dia hendak memberikan Mark minuman itu tapi gelas yang dibawa Haechan diambil alih terlebih dahulu oleh Mark, diseruputnya dengan pelan karena itu masih sedikit panas, Haechan yang mendapai Mark tengah minum berniat turun dari atas tempat tidur, namun. Tangannya ditahan dan ditarik cukup keras.

"Bekas apa itu? Dari siapa kau mendapatkannya?" Mark mencengkeram tangan Haechan cukup kuat membuat suara rintihan terdengar dari bibir Haechan yang sedikit terbuka, "katakan padaku darimana kau mendapatkannya?!" Mark segera menaruh gelas yang dibawanya di atas meja kecil yang berada di samping tempat tidur, dengan tangan yang satunya dia mencengkeram kerah kemeja yang digunakan Haechan menariknya hingga satu kancing dibagian atas terbuka. Mark menarik leher Haechan hingga ia dapat melihat tanda merah keunguan itu dengan jelas, tepat diperpotongan leher hingga tulang selangka mulus berwarna tan, Mark semakin murka kala melihat satu lagi tanda tepat di dekat dada Haechan. "Katakan!" ucap Mark lagi.

Dengan kekuatan yang seadanya, Haechan berhasil melepaskan cengkraman tangan Mark pada dirinya. Dia beringsut mundur dan langsung turun dari tempat tidur.

"Kau pikir saja sendiri siapa yang bisa membuatku seperti ini, memangnya tadi malam aku bersama siapa? Aku sangat menyesal sudah merawatmu, harusnya aku pukul saja kepalamu dengan pemukulan baseball hingga bocor." Haechan geram, melihat Mark yang melamun dan masih memikirkannya, Haechan dengan cepat berlari keluar ruangan. Sial memang.

Mark menyentuh kepalanya memukulnya pelan berharap kejadian tadi malam bisa dia ingat.

(flashback)

"Yak! Hyung!" Haechan berteriak pada Johnny yang sudah tidak dapat dilihat dari jangkauan matanya, sedangkan di belakang dia harus menghadapi seekor anak singa yang sedang oleng karena mabuk berat, tangannya terus saja mendorong wajah Mark yang kini tengan berusaha mengendus perpotongan leher miliknya. "Mark, astaga. Harusnya aku tidak membiarkanmu mabu, kenapa kau harus menerima minuman dari pak tua itu."

Haechan mendorong Mark dan berhasil, tubuh yang pebih tinggi darinya itu terhuyung dan langsung membentur kaca mobil yang berbeda di belakangnya, Haechan dapat bernafas sedikit lega. Dia merapikan rambut dan jas yang dikenakan, baru saja dia merasa baik-baik saja. Tiba-tiba tubuhnya terdorong kebelakang.

[08] Wolf Demon and HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang