🍎Bab••16

10.8K 1.1K 61
                                    

HAECHAN menutupi lengan kirinya rapat-rapat. Dia tidak ingin Mark tahu, atau Mark akan murka, lebih buruknya dia akan disiksa? Siapa tahu, dia akan mencari siapa pemilik dari tanda ini sendirian meminta darinya untuk menghilangkan tanda tersebut. Cukup dia berurusan dengan Mark, tidak dengan yang lainnya.

Dia menuruni anak tangga itu pelan, berjalan mendekati meja makar yang terlihat sepi. Haechan sangat bingung, tidak biasanya suasana sangat sepi. Biasanya Mark sudah duduk dengan wajah setenang air kolam, tentunya ditemani bibi Dasom yang setia melayani sang tuan dengan telaten, tapi pagi ini. Tidak orang satupun.

Namun dia dikejutkan dengan sosok Mark yang keluar dari arah dapur dengan dua piring makanan di kedua sisi tangannya, matanya sedikit terbelalak. Pemandangan yang disajikan pagi ini sangat langka, Mark dengan kemeja tergulung serta celemek yang mengikat ditubuhnya membuat nafas Haechan tercekat untuk sesaat. Penampilan yang sangat bukan menampilkan Mark yang asli.

"Kenapa diam saja? Duduklah. Ini sarapanmu pagi ini." Mark meletakkan satu sisi makanan di sudut meja yang lain dan satunya berada di sudut seberapa, sebelum Mark mendudukkan dirinya. Dia melepaskan celemek yang melingkar di tubuhnya, "kenapa masih diam. duduk."

Tersadar dari lamunannya, Haechan menarik satu kursi yang berada di sana. Memperhatikan sarapan pagi ini yang cukup terlihat menggiurkan. "Kau yang memasak?," tanyanya dengan hati-hati.

Haechan mulai menyuap makanannya, dan itu sangat memanjakan lidahnya. Rasa asin sedikit pedas namun tidak menyengat menari dipermukaan lidahnya pagi ini, makanan sesuai dengan seleranya. Tidak buruk juga

"Ya aku yang memasaknya, itu sebagai ucapan permintaan maafku padamu." ucapnya dengan nada masih setengah air kolam.

Haechan hampir tersedak mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Mark jika saja dia tidak menahannya, gerakannya terhenti. Matanya sedikit melirik ke atas, memperhatikan Mark yang dengan santainya masih menyuap makanannya. Tanpa ekspresi, dingin sedingin pintu lemari es tapi terkesan hangan di belakangnya. Tapi, Haechan tidak ingin terlena. Bukankah Mark selalu berubah-ubah? Siapa tahu nanti siang sikapnya akan berubah lagi padanya. Mark adalah orang yang tidak dapat ditebak

"Habiskan makananmu, kita akna terlambat ke kantor. Tinggalkan saja piringnya, bibi Dasom akan membereskannya nanti. Dan berhenti menatapku." ucapnya lagi membuat Haechan salah tingkah karena memergokinya yang sedang menatap Mark tanpa berkedip.

Haechan meregangkan otot-ototnya, merasa pegal karena mengurus dokumen-dokumen penting yang dibutuhkan oleh Mark, akhir-akhir ini perusahaan sangat sibuk dikarenakan adanya proyek dengan perusahaan lain. Bahkan pernah sesekali Haechan harus melembur, berterimakasih lah pada Johnny yang baik hati, dia selalu menemani Haechan kala dia mendapatkan pekerjaan yang menumpuk.

"Sepertinya otakku ingin didinginkan. Aku ingin makan sesuatu yang manis dan juga dingin." ucapnya memangku dagu dengan kedua telapak tangannya.

"Biar hyung tebak, kau ingin makan ice cream?" tebak Johnny, atau memang dia sudah peka dengan apa yang diinginkan laki-laki yang bertubuh lebih kecil darinya ini.

Haechan tertawa memperlihatkan deretan giginya yang tertata rapi. Matanya melengkung ke bawah membentuk bulan sabit yang terbalik, dan itu sangat lucu. Berapakah umur sebenarnya dari seorang Lee Haechan? Mungkin lima tahun; pikir Johnny.

 Berapakah umur sebenarnya dari seorang Lee Haechan? Mungkin lima tahun; pikir Johnny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[08] Wolf Demon and HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang