CUACA di hari libur seperti sekarang memang banyak dinanti-nanti oleh banyak orang. Tempat rekreasi banyak dikunjungi oleh orang-orang yang ingin melepas penat setelah hampir satu pekan bekerja atau sekedar diam diri di rumah. Melewati hari-hari yang membosankan dengan rutinitas yang sama. Berputar pada satu lingkaran yang tidak berujung sama sekali.
Begitupun dengan Haechan yang kini tengah duduk menikmati hari libur yang dia dapatkan, di sebuah bangku taman yang kosong, dia duduk sendirian dengan ditemani sebuah buku pada pangkuannya. Sesekali dia memandangi orang-orang yang tengah bermain, baik itu bermain bola atau sekedar menikmati piknik dengan bekal yang sudah dibawa dari rumah. Menggelar karpet di atas rerumputan dengan keranjang yang dipenuhi dengan makanan dan minuman.
Di arah lain Haechan sedang memandangi sepasangan suami istri yang tengah membawa dua anak bersama mereka, satu digandeng oleh sang ibu dengan ice cream yang brada di tangan kanannya. Sedangkan satu lagi digendong oleh sang ayah dengan tangan kanan membawa sebuah balon berwana merah terang, persis seperti warna baju yang sedang dikenakan oleh sang anak.
Dari kejauhan di sebuah kedai minuman dingin yang memang ada di taman yang dia kunjungi, Haechan melihat seorang pria mengenakan pakaian kasual; kaos hitam dengan celana berwarna coklat susu, serta mengenakan topi merah kini tengah mengantri dengan seorang anak berumur enam tahun yang digendongnya di aatas pundak.
Sang anak berpegangan pada kepala sang pria yang dengan sabarnya menunggu pesanan minumannya disajikan oleh sang pemilik kedai. Wanita-wanita yang berada di dektanya melirik ke arah sang pria, bahkan ada beberapa yang berani maju untuk menanyakan sesuatu pada sang pria yang tidak menghiraukan keberadaan mereka semua. Sang pria hanya berfokus pada antriannya dan juga satu tangannya menjaga sang anak yang digendongnya agar tidak terjatuh.
Sang pria mengangguk pelan saat minumannya sudah ia dapatkan, ia berbalik dan langsung meninggalkan kedai menyisakan wajah kekecewaan pada wanita-wanita yang tidak berhasil mendapatkan nomor telpon sang pria, atau bahkan sekedar mengetahui nama. Kedua orang itu berjalan mendekat ke arah Haechan. Dan sang anak yang berada di pundak sang pria melambai ke arah Haechan dengan senyum lebar memperlihatkan gigi tanggalnya yang baru terlepas kemarin sore.
"Papa!" sang anak bergoyang-goyang di atas pundak sang pria memintannya untuk segera menurunkannya dari atas pundak. Sesuai permintaan, sang pria berjongkok dan menunduk agar sang anak bisa turun dari pundaknya.
Sang anak langsung berlari dan menghampiri Haechan yang sudah meletakkan buku yang baru saja dibacanya pada ruang kosong pada bangku yang didudukinya.
"Chenle jangan lakukan hal berbahaya seperti itu, bagaimana jika daddy lengah dan membuatmu jatuh?" Haechan mengambil satu lembar tisu yang dibawanya. Mengelap keringat Chenle karena trik matahari yang membuat dia gerah sehabis mengantri minuman.
Sang pria yang bersama anaknya mendekat dengan satu buah minuman yang diberikan pada Chenle dan pada Haechan. Pria itu melepaskan topinya memperlihatkan wajah tampannya yang tidak pernah memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[08] Wolf Demon and Human
Fanfiction[COMPLETED] [Supranatural] [Fantasy Modern] Mark tidak menyangka, jika dia ingin menjadi raja diantara orc dia harus menikah dengan mate nya. Para tetua terus saja mendesaknya, terutama sang ayah yang merupakan raja sebelumnya dari para orc. Sedangk...