🍎Bab••22

10.8K 1K 53
                                    

HAECHAN seperti mendapat kekuatan. Dia berguling di lantai membuat tubuh Eric yang berbada di atasnya terjatuh bersamaan dengan tendangan di perutnya. Haechan menendang Eric dengan keras membuat laki-laki blonde itu meringis dibuatnya. Tapi hanya sebentar hingga Eric menatap kilat tubuh Haechan yang mencoba berdiri kembali.

Kilatan matanya berubah menjadi sedikit hijau dengan insting yang mulai terpancing. Suara desis ular terdengar samar-samar, di bagian bawah matanya timbul sisik berwarna putih mengkilat terpantul cahaya lampu neon. Eric sudah dalam mode setengah orc nya. Dia melingkarkan tangannya di perut Haechan begitu erat, menarik laki-laki manis itu hingga terbanting ke atas lantai toilet yang sedikit basah dan dingin. Tubuh itu terhempas kuat, bajunya semakin kotor karena bergesekan dengan lantai, terkena oleh jejak-jejak debu yang terbawa masuk oleh beberapa orang, terlihat dari bekas sepatu yang tercetak di atas lantai.

Eric berjalan mendekatinya, menekan perutnya hingga terasa kaku dan begitu berat.

"Jangan pernah membantahku!"

BUGHH

Tanpa segan-segan Eric memukul pipi tembam itu dengan tangan kanannya, wajah Haechan berdenyut dengan tulang pipi yang terasa nyeri. Rasa kebas melanda setengah wajahnya, kepalanya yang sedari tadi sudah pusing akibat benturan tidak kalah menyiksa tubuh Haechan. Pipi kanannya membiru akibat hantaman kepalan tangan Eric, dan kini seketika wajah itu kembali semakin memucat saat laki-laki blonde itu melepaskan mantel Haechan menyisakan kemeja polos berwarna biru muda.

Bagian lengan kirinya dirobek paksa hingga bagian depannya kini sudah berlubang karena terkoyak, tanda itu terlihat jelas. Sedikit bercahaya mengikut bentuk ular putih yang melilit di lengannya.

"Tanda ini lebih cocok bagimu." Eric mengangkat tangan Haechan hendak memberikan gigitan kedua.

Tapi dengan tekatnya, Haechan memukul Eric dengan kepalan tangan kanannya yang bebas. Kepala Eric sedikit tersentak, pukulan itu tidak seberapa kuat tapi berhasil membuat Eric semakin murka. Lantai toilet yang dingin bertambah dingin dengan aura yang dikeluarkan oleh Eric, matanya semakin memancarkan kilatan amarah. Menatap Haechan yang kini mulai memucat campur keuangan menatap dirinya yang begitu menakutkan, tangan Haechan dicengkeram sekuat mungkin hingga darah tidak bisa mengalir dengan benar di lengan Haechan.

JEPPP

"AAKKKHHH!!!"

Dua taring berhasil menancap pada lengan Haechan sontak membuatnya berteriak dan tubuhnya secara otomatis melengkung ke atas. Giginya ia eratkan, menahan jutaan sengatan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Kakinya gemetar dengan otot-otot yang terasa diremas. Sungguh dia tidak tahan lagi.

Eric mengangkat wajahnya, dengan tetesan darah di mulutnya dia tersenyum puas. Tanda itu semakin menerang. Dia menatap Haechan yang kini sedang memejamkan matanya kuat-kuat, antara menahan sakit dan gejolak yang sedang bertarung di dalam tubuhnya. "Mari kita hilangkan tanda yang diberikan Mark padamu."

Eric meraih leher Haechan, diputarnya sedikit agar leher jenjang berwarna tan yang terlihat menggiurkan itu terlihat semakin jelas. Matanya sudah mengisyaratkan hal lain, dia menyeringai. Dengan gerakan yang condong, Eric hendak mengigit bagian paling rawan dibagian diri Haechan.

BRAKKK

Pintu terbuka.

Mark datang dengan mata berkilat tajam, mata keemasannya sudah terlihat mengerikan dengan urat-urat wajah yang terlihat jelas. Dia menendang pintu itu paksa hingga terbuka. Dan hal pertama yang dilihatnya adalah posisi Eric yang sedang menindih Haechan dalam keadaan yang sangat kacau.

Baju yang sudah terkoyak dengan kotoran yang menempel di sebagian bagian tubuhnya. Rambut yang berantakan, bahkan ada lebam terlihat di pipi laki-laki manis itu yang awalnya mulus seperti batu marmer yang dipoles halus. Mark mengepalkan tangannya, "bajingan! Bangsat!"

[08] Wolf Demon and HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang