MUNGKIN karena suasana semakin ramai di dalam club membuat Haechan merasakan pengap yang luar biasa. Matanya serasa memberat tapi tidak mengantuk, dia merasa sedikit lelah tapi dia masih terjaga. Dia menatap orang-orang yang masih dengan asyiknya menari di atas lantai dansa. Meneguk minuman masing-masing dengan alkohol yang terasa membakar tenggorokan, dia menatap minumannya. Meneguknya sekali lagi hingga tandas.
Di samping dirinya Eric masih bertahan dengan minumannya. Walaupun minuman itu hampir habis setengah botol, Haechan belum melihat Eric akan tumbang, bayangan Haechan atau memang Eric menatapnya dengan seringai tajam seperti ular yang akan menggigit? Berbicara tentang ular, Haechan seperti pernah melihat ular putih di halaman belakang rumah Mark.
"Eric! Sepertinya setelah ini aku akan pulang, aku sudah lelah." Haechan menopang sebelah kepalanya yang dimiringkan ke arah Eric.
"Tunggu hingga minumanku habis, kita pulang bersama."
Haechan mengangguk, "aku ingin ke toilet sebentar. Aku perlu membersihkan wajahku!"
Haechan langsung berdiri dari duduknya. Dengan kepala yang digelengkan padahal dia tidak pusing sama sekali. Langkahnya sedikit pelan, tanpa sadar dia menabrak seorang wanita hingga minuman yang dibawanya tumpah mengenai baju yang dikenakan oleh Haechan.
"Ow! Maafkan aku." sang wanita meminta maaf terlebih dahulu, padahal bukan dia yang menabrak. Tapi melihat wajah tampan Haechan yang di atas rata-rata membuat sang wanita mengambil inisiatif untuk berbicara terlebih dahulu. Wanita itu hendak menyentuh baju Haechan yang basah berniat untuk membersihkan. Belum sempat tangannya sampai, terlebih dahulu sebuah tangan kokok seputih susu merengkuh pinggang Haechan penuh posesif.
"Aku bisa mengurusnya." Eric berujar dingin.
Sang wanita tergagap, "ah__ma-maafkan aku. Aku hanya ingin membantu, kalau begitu rawatlah dia." sang wanita pergi dengan hati yang gelisah, dia langsung menyingkir dari hadapan Eric dan juga Haechan.
Merasa ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya, Haechan menghadap ke bawah. Ia menyentuh tangan Eric yang masih merengkuhnya, dia berniat untuk melepaskan tapi tangan Eric semakin kuat mencengkram pinggang miliknya.
"Aku akan menemanimu ke toilet, kau sepertinya sedikit kesusahan." Tanpa mendengar balasan dari Haechan, Eric menarik tubuh yang lebih kecil darinya itu. Menariknya untuk pergi ke toilet.
Dengan kasar Eric membuka toilet itu hingga suara pintu yang menabrak tembok terdengar sangat keras membuat beberapa orang yang berada di dalam sana terkejut dengan kedatangan Eric yang membawa Haechan dalam rengkuhannya. Mata Eric seketika berkabut tajam, hawa dingin sedikit menakutkan tiba-tiba memenuhi area toilet. Dengan gerakan kepala Eric menyuruh orang-orang yang berada di dalam utntuk keluar, begitupun dengan orang-orang yang berada di bilik toilet. Semua berhamburan keluar.
KLIK
Pintu terkunci dari dalam, Haechan belum sadar akan keadaan yang terjadi. Dia melepaskan tangan Eric yang berada di pinggangnya berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya yang terasa lelah, dua kali basuh sebelum tangannya menyanggah tubuhnya di kedua sisi. Mengatur nafasnya yang kian lama kian memberat, dadanya sedikit terasa berat.
"Kau perlu membersihkan bajumu, sini biar aku bantu." Eric datang dari belakang, memegang pundak Haechan dan memutar tubuh itu agar menghadap ke arahnya.
"Tidak perlu." Haechan menepis tangan Eric.
"Tidak apa biar aku bantu."
"Biarkan saja seperti ini, aku tidak akan membersihkannya. Nanti saja di rumah, sekarang lebih baik kita pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
[08] Wolf Demon and Human
Fanfic[COMPLETED] [Supranatural] [Fantasy Modern] Mark tidak menyangka, jika dia ingin menjadi raja diantara orc dia harus menikah dengan mate nya. Para tetua terus saja mendesaknya, terutama sang ayah yang merupakan raja sebelumnya dari para orc. Sedangk...