"Kakak gua jemput disini katanya," jelas Alvan pada sahabatnya.
Mereka sedang makan malam direstoran salah-satu Jakarta. Mereka baru saja pulang dari pendakianya dan sedang makan disini.
"Lah ini masih aja masuk Jakarta, Aa lu jemput jauh banget," heran Robbi.
"Lagi syuting daerah sini," balas Alvan singkat.
"Yaudah gak papa kalau mau dijemput mah," ucap Cio, Alvan mengangguk.
Merekapun fokus kembali pada makanan yang tersaji sekali membicarakan pengalaman mereka ketika pendakian.
"Tapi seru anjir, balik lagi kuy," ujar Akwan dengan wajah menyenangkanya.
"Ketiga kalinya kita kesana gak ada bosenya emang," kekeh Cio.
"Kaki gua pegel banget lagi, mana besok sekolah ye kan?" tanya Robbi.
Cio mengangguk."Gak usah masuk, tambahin liburnya sehari sabilah," celetuk Cio.
"Mata lu libur tambahan," balas Alvan dan membuka jaketnya.
"Eh lu pada sadar gak sih waktu tengah malem yang si Wawan mau pipis?" tanya Robbi mulai membicarakan tentang pendakianya lagi.
"Heeh kenapa?" tanya Cio yang juga terbangun karena Akwan yang merengek ingin pipis.
"Terus gua kan nganter dia, dia pipis gua tungguin dah tuh terus gua kan balik badan gitu gua ngeliat satu pendaki tapi sendiri masa," jelas Robbi dengan ucapan yang selalu terbelit.
"Ah maenya? Bohong sia mah lah," ketus Akwan yang tiba-tiba merinding
(Ah masa sih?bohong lu )
"Beneran! Tapi gua gak ngomong sama lu soalnya gua tau lu kan penakut."
"Terus gimana?" tanya Cio meminta penjelasanya lagi.
"Yaudah tuh gua kembali gak liatin dia terus kan gua penasaran lagi gua lirik lagi eh udah gak ada," jelas Robbi.
"Lu jangan ngada-ngadalah, Bi" ucap Akwan.
"Serius, lu mah kagak percayaan sama gua dah," kesal Robbi.
"Nah kan makanya gua langsung minta lu cepet-cepet," lanjutnya, Akwan mengangguk.
"Tapi masa dia setan sih?" tanya Akwan.
"Ya mana gua tau dugong," kesal Robbi.
"Ye santai dong!" sahut Akwan juga.
"Yaudahlah kan dia juga gak ngapa-ngapain. Mau dia manusia atau bukan yang pasti kita gak ganggu dia," jelas Cio.
"Yee tapi kan serem yo, mana ada pendaki sendirian tengah malam coba?"
"Ye siapa tau aja dia tetinggal sama rombonganya," sahut Cio.
"Masa sih, gak mungkin lah."
"Yaudahlah namanya juga digunung udah gak aneh yang kayak gitu, inget gak waktu pendakian pertama kita si Alvan pulang-pulang ketempelan," jelas Cio.
"Heeh inget, kasian bat gua," tawa Akwan.
"Heeh Al, tapi sekarang aman kan?" tanya Akwan.
"Aman gua yang melek semalaman sampe pagi kagak tuh liat yang macem-macem," jelas Alvan.
"Gua suka ngadak-ngadak sensitif njir, makanya semalam gua gampang ngerasain hal-hal yang kayak gitu," balas Robbi.
"Yaudah yang penting pengalamannya njir."
Alvanpun mengambil ponselnya karena ada telpon masuk dari sang Kakak.
"Bentar bro," Alvan menjauh dan mengangkat telponya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvanka Zafran || END
Teen Fiction"Perihal siapa yang membahagiakan dan yang dibahagiakan, tak perlu cemas, semua ada takarannya." Start25Julii2021 Finish10November2021