chapter 8

6.9K 658 27
                                    

Bubarnya sekolah, Alvan ikut nongkrong dirumah Robbi, namun hanya sebentar, Alvan pulang kerumah berhubung mendapat kabar bahwa Dinar sudah ada dirumah.

"Baru pulang?" tanya pekerja rumah Andra.

"Ia Kak," balas Alvan tersenyum.

Andra memang memiliki banyak pekerja yang Andra pekerjakan dirumah. Urusan konten, jadwal dan lain-lain.

"Yaudah masuk De, A Alvan juga udah pulang barusan," jelas Kak Rifki. Tim kreator youtube chanel Andra.

"Ia kak," balas Alvan.

Alvan memang dekat dengan mereka, tapi jika mood Alvan tidak baik ya beginilah.

"Tumben udah pulang?" tanya Andra yang mengamati penampilan Alvan yang sudah tidak rapi itu.

"Kenapa emang?" Balik nanya.

"Ayah pulang, ada diatas. Sana samperin," jelas Andra. Andra begitu tau bagaimana rindunya Alvan terhadap Ayahnya.

"A-ayah pulang?" tanya Alvan menyakinkan.

"Ia. Udah sana, nanti keburu pergi lagi Ayahnya."

Alvan masih terdiam, seakan melamun. Jarang berinteraksi dengan Ayahnya sendiri membuat Alvan canggung untuk bertemu dengan Ayahnya sendiri.

"Ko ngelamun?"

"Temenin," rengek Alvan.

"Sama Ayah sendiri, masa canggung. Katanya kangen, udah sana cepet samperin," jelas Andra. Mendengar perkataan Andra membuat Alvan kesal. Kakaknya itu tidak mengertinya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Alvan menaiki tangga jalan untuk naik kelantai dua. Alvan tak bohong jika dirinya merindukan Raja, Ayahnya.

"A-ayah," lirih Alvan yang berpapasan dengan Raja.

Raja tersenyum tipis. "Baru pulang sore-sore gini?" tanya Raja dengan raut datar. Emang dasarnya Raja itu datar, dingin dan tegas.

Alvan mengangguk pelan, toh memang benar bahwa dirinya baru saja pulang sekolah. Ah tepatnya sehabis sekolah langsung pulang kerumah Robbi.

"Bubar sekolah jam berapa?"

"Setengah tiga, Yah."

Raja menautkan dahinya. "Satu jam lalu kemana saja? Bukannya seharusnya sudah ada dirumah?" tanya Raja beruntun, karena dasarnya Raja tak suka anak-anaknya berkeliaran.

"Rumah temen," balasnya.

"Nilai akan aman?"

"Ingsaallah, Yah. Al usahain," lirih Alvan.

Ah Alvan tuh pintar, hanya karena Raja yang jarang pulang dan bersikap dingin padanya membuat Alvan enggan menonjolkan kemampuanya dibidang akademik.

Toh, buat apa? Ayahnya hanya ingin hasil, tanpa ingin tau apa yang Alvan inginkan. Alvan hanya ingin, Raja ada disaat Alvan butuh. Udah gitu saja.

"Usahain, Ayah gak mau nilai raport kamu jelek seperti semester kemarin," ucap Raja.

"Seharusnya kamu peringkat 1, ah bahkan masuk peringkat 5 besar saja kamu gak mampu." Alvan terdiam mendengar ucapan Ayahnya, ingin sekali Alvan menekankam bahwa dirinya bukan tidak mampu, tapi enggan.

Karena Alvan, tidak terobsesi untuk menjadi nomer satu.

"Ikut Ayah!" Alvan mengangguk dan berakhir diruang keluarga yang berada diatas.

"Ada apa Yah?" tanya Alvan.

Raja mengamati wajah anaknya, ah bahkan Raja baru sadar bahwa anak bungsunya tumbuh dengan baik. Andra dan Dinar merawatnya dengan baik.

Alvanka Zafran || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang