chapter 49

6.1K 908 294
                                    



AlvankaZafran
Gua berusaha ikhlas jika memang Ayah lebih perduli sama lo.

Gua gak akan marah atau musuhin lo lagi, saat ini gua cuma mau berdamai sama keadaan yang udah buat gua cape.

Naufal membaca pesan dari Alvan, sejak siang tadi Naufal memang tidak membuka aplikasi chat. Sedangkan pesan itu terkirim pukul 08:00 malam, dan sekarang sudah jam 11:30 malam.

"Si Alvan kemana?" tanya Naufal dengan pelan. Sejak pulang membeli motor dengan Raja, Naufal memang tidak melihat keberadaan Alvan, Andra bahkan Dinar. Entah karena rumah yang terlalu besar hingga mereka tidak bertemu, entah mereka bertiga tidak ada dirumah.

NaufalAryanda
Ayah gak mungkin hanya perduli sama gua, Van. Gua cuma anak tiri, posisi lo lebih tinggi dari pada gua.

Naufal menghela nafas pelan bahwa tidak ada tanda-tanda nomor itu aktiv. Dan satu hal yang buat Naufal bingung, sebenarnya Alvan tak pernah mematikan data seluler bahkan Wi-fi.

"Mah, lihat Alvan?" tanya Naufal ketika berpapasan dengan Hera yang sedang membawa satu gelas kopi, itu untuk Raja.

"Mamah ketemu tadi pas Alvan pulang, Mamah belum ketemu lagi. Kenapa emang?" Naufal menggelengkan kepalanya.

"Yaudah deh, Mah. Aku kebawah dulu."

"Kamu terlihat gusar, ada apa Kak?" Ah sialan, Naufal lupa bahwa Mamahnya itu pintar menebaknya.

"Enggak."

"Kamu akan terus seperti ini? Padahal sikap Alvan sama kamu itu sudah beneran keterlaluan," ucap Hera.

"Mah, udah. Kakak gak papa jika sikap Alvan gitu sama Kakak. Bukannya wajar? Harusnya kita sadar diri." Hera menghela nafas.

"Mamah cape jika seperti ini terus, kapan kamu mendapat kebahagiaan kamu jika kamu mau bahagiaan aja selalu ada penghalang."

"Enggak ada penghalang, Mah. Kita yang salah udah masuk kekeluarga ini, seharusnya kita gak seperti ini, Mah," jelas Naufal.

Setelah mendapat teguran dari Andra, Naufal memang agak tersinggung dengan perkataan kakak Alvan itu. Dan Naufal berpikir bahwa yang harus dewasa menyikapi hal ini adalah dirinya.

Naufal harus sadar dan membiarkan Alvan menolaknya dulu. Naufal harus bisa bersikap dewasa untuk Alvan, Alvan yang masih terlalu ego dan mementingkan dirinya sendiri.

"Kenapa kita salah? Seharusnya anak itu lebih mudah menerima kita, Mamah udah berusaha baik sama dia tapi kenapa sikap dia selalu membuat Mamah sakit. Jika memang seperti ini terus menerus, sebaiknya Mamah tidak pura-pura baik." Hera menyendu.

"Itu Alvan, Alvan memang seperti itu. Pahamlah, Mah. Beberapa kali Kakak udah bilang sama Mamah, kalau hidup Alvan udah retak sebelum Alvan tahu bahwa Ayahnya sudah menikah lagi secara diam-diam dalam waktu 3 tahun terakhir ini," jelas Naufal.

"Terserah kamu. Jika kamu cape, Ayah akan bawa kita pergi." Naufal kaget.

"Maksud Mamah?"

"Ya, Ayah mengajak kita per-

"Saya, istri saya dan adik saya yang akan pergi," potong seseorang yang tak lain adalah Andra.

Alvanka Zafran || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang