****
Diruang rawat Alvan kini hanya ada Alvan dan Kanza, yang lainnya sedang menjalankan sholat isya dimesjid rumah sakit, berhubung dengan Kanza yang sedang berhalangan Kanza memutuskan untuk menemani Alvan.
"Muka lo jelek, van," ucap Kanza.
"Lo doang yang nyebut muka pacarnya jelek," balas Alvan yang kini bersandar diranjang brankar.
Kanza terkeukeh. "Cepet sembuh, biar rona mukanya kembali lagi." Alvan memgangguk.
"Gua juga maunya gitu, tapi yaudahlah.." kanza menyernyitkan dahinya.
"Harus sembuh."
"Doain makanya" kanza mengambil semangkuk bubur yang tadi dibawa oleh suster untuk makan malam Alvan.
"Makan dulu ade.." Alvan berdecak.
"Jangan mentang-mentang lo lebih tua lo jadi gitu sama gua, Cha. Enak aja dipanggil ade sama lo," gerutu Alvan bergerak sedikit, area perutnya sakit lagi.
"Ah bodo amat. Aak." Kanza menyodorkan satu suap bubur itu, Alvan menerimanya dengan pelan.
"Harus banyak makan dan jangan coba-coba makan-makanan yang gak bisa lo cerna." Alvan hanya berdehem.
Semua hanya tau bahwa lambung Alvan luka, padahal yang sebenarnya ada penyakit yang mematikan didalam tubuh yang terlihat kuat itu.
"Gua banyak kurangnya, jika nanti lo gak tahan sama gua, lo bilang. Nanti gua introfeksi atau mengakhiri semuanya," jelas Alvan.
Alvan sadar bahwa penyakitnya gak bisa dianggap remeh. Kapanpun dan dimatapun, Alvan bisa meninggalkan semuanya.
Lantas, jika Alvan memberi aba-aba pada Kanza, salah? Tentu saja tidak.
"Kok ngomong gitu? Hubungan dilandasi kepercayaan dan menerima pasanganya apa adanya, Van." Alvan tersenyum singkat.
"Gua maunya lo terus bertahan sama gua. Walaupun dekatnya gua sama lo itu singkat banget, tapi gua juga mohon sama lo, inget kata gua ya, jangan terlalu bergantung sama gua, Cha. Gua takut lo kecewa.."
Kanza menghela nafas lirih. Menatap kedua mata sayu Alvan. "Makan lagi.."
Alvan tahu Kanza mengalihkan pembicaraanya. Alvan sadar bahwa Alvan tak bisa selalu ada buat Kanza.
"Cha, dengerin dulu gua.."
"Yaudah mau ngomong apa?"
Alvan menatap mata legam Kanza dengan tajam. "Gua bodoh jika membiarkan lo masuk terlalu dalam, dalam hidup gua, Cha."
"Hah?"
"Gua sayang sama lo, tapi gua gak bisa janji buat ada buat lo. Maaf jika nanti gua gak sengaja ninggalin lo.."
"Lo beneran sayang gak si sama gua Van? Pembahas lo kayak gini?"
"Gua sayang.. gua cuma minta lo jangan terlalu jatuh sama gua, ya? Gua mohon." Kanza terdiam.
"Kalau gitu ngapain gua jatuh cinta, Van? Lo pikir Cinta gua main-main?"
"Enggak gitu, by."
"Jijik!"
"Yaudah-yaudah sorry."
"Ayo suapin gua lagi!" ucap Alvan membuat Kanza sadar dari lamunanya.
"Iya.." lirih Kanza.
"Banyak harap yang gua taruh dimata lo, Van.. Menetaplah.."
"Orang-orang pada tahu ya kita pacaran?" Kanza menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvanka Zafran || END
Teen Fiction"Perihal siapa yang membahagiakan dan yang dibahagiakan, tak perlu cemas, semua ada takarannya." Start25Julii2021 Finish10November2021