Chapter 16

28K 3K 1K
                                        

"We are each our own devil, and we make this world our hell."
ALEXA ᚛

⚜⚜⚜

Ketika Alexa bangun keesokan paginya, Leone belum kembali. Entah kemana dan apa yang dilakukan laki-laki itu, ia tidak ingin tahu sama sekali. Sampai disaat ia menyingkirkan selimutnya dan menemukan sebuah catatan singkat diatas secarik kertas putih. Ia membaca pesan itu dalam hati.

Sayang, aku akan menjemputmu pukul enam kurang seperempat. Marcello akan datang dan membawakan hadiah dariku untukmu. Anne akan membantumu bersiap untuk menghadiri pesta nanti malam. Jangan pergi keluar tanpa perlindungan. Aku mencintaimu.

Singkat, namun ditulis dengan penuh cinta. Alexa menatap heran tulisan tangan Leone yang begitu rapi. Itu karena Leone selalu menggunakan pena khusus ketika ia menulis sesuatu. Beberapa orang mengagumi hal itu. Sudut bibir Alexa perlahan terangkat, walau tidak bertahan lama. Ingatan tentang sebuah ciuman singkat membuat gadis itu meremas kertas ditangannya dan membuangnya ke sembarang tempat.

“Tuan Suka Mengatur!”

Aroma kopi dan sesuatu yang lebih manis tiba-tiba menarik Alexa keluar dari kamar tidur dan turun ke bawah setelah membasuh wajah secepat kilat. Saat ia berbelok di tikungan, ia menemukan seorang wanita dengan apron hitam yang sedang sibuk membuat panekuk. Rambut merahnya diikat dengan hairnet, dari belakang terlihat seperti wanita diawal umur empat puluhan.

Seorang laki-laki dengan kaos hitam ketat bertengger di bangku dekat meja bar dapur dengan secangkir kopi. Ia berbalik ketika Alexa mendekat, matanya menatap gaun tidur gadis itu sebelum menyentakkan kepalanya menjauh. Alexa sedikit kebingungan dan berpikir apakah ada yang aneh dengan dirinya. Tapi ia hanya diam setelah itu.

Wanita yang sibuk di depan kompor kemudian berbalik dan tersenyum ramah. Beberapa detik ia habiskan untuk memandang Alexa dengan tatapan tak percaya. “Kau pasti Alexa. Aku Anne.”

Alexa berjalan ke arahnya untuk berjabat tangan, tetapi Anne segera menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan menekannya ke dadanya yang besar. "Kau sangat cantik. Tidak heran jika Leone jatuh cinta padamu.”

Gadis itu tertawa dalam hati. Seolah-olah ia harus senang jika seorang monster telah menaruh hati padanya. Tidak mudah untuk menerima kenyataan seperti itu, ia bahkan tinggal dirumah laki-laki asing sekarang. Alexa memiliki pendirian yang kuat, tetapi ia harus berpura-pura untuk sementara waktu.

"Duduk. Sarapan akan siap dalam beberapa menit. Cukup untuk kau dan Marcello,” kata Anne. Melirik laki-laki yang sedang mengintip sembari menyesap kopi hitam keduanya pagi ini.

Alexa mengedarkan pandangannya sejenak ke seluruh ruangan. Fokusnya teralihkan pada dua Doberman yang tertidur pulas di atas sofa abu-abu beludru dekat jendela. Ia belum melihat dua anjing penjaga itu kemarin.

Mereka terlihat imut. Apakah itu hadiah yang dimaksud Leone?

Ia duduk di samping Marcello. Menatap laki-laki berambut hitam yang masih tetap diam meskipun ia sudah memberinya tanda. Marcello benar-benar menghindar. "Apa masalahmu? Aku tidak telanjang."

Anne tertawa. "Dia khawatir jika Leone tahu dia sudah melirik gadisnya."

Alexa menggelengkan kepalanya, kesal. Jika laki-laki disampingnya bersikeras untuk menjadi pengecut, ia seharusnya makan dengan mata tertutup. Tetapi tato kecil di leher belakang Marcello sudah cukup bagi Alexa untuk mengetahui siapa dirinya. "Kau saudara Leone?"

The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang