Chapter 13

30.8K 3.1K 1K
                                        

"Judges, lawyers and politicians have a license to steal. We don't need one."
᚜ LEONE ᚛

⚜⚜⚜

Ini menjadi salah satu hari paling sial bagi Leone. Pertama dengan kejadian penembakan Alexa yang tak terduga, lalu para musuh yang tiba-tiba muncul dan membuatnya ingin merobek tenggorokan mereka secepat mungkin. Siapapun yang berani menyentuh keluarga Luciano atau mengusik wilayah mereka, kematian adalah satu-satunya jalan keluar dari penyiksaan tanpa akhir. Untuk itu, Leone harus turun tangan dan menunjukkan kepada mereka siapa bosnya.

Leone dan Verdant tahu jika ini sudah sangat terlambat. Mereka tiba di katedral yang terletak di atas perbukitan Ragusa Ibla. Takhta bagi seorang uskup yang berpihak pada para Mafia. Bersumpah untuk menjaga tempat itu tetap aman hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Ketika mereka membuka pintu kayu dengan berbagai macam ukiran, mereka disambut oleh mayat seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian serba putih. Lebih dari tujuh bekas tembakan tampak begitu jelas di tubuhnya yang kaku, bersimbah darah.

Verdant memeriksa mayat itu dan memperhatikan lubang yang tercipta di dahinya. "Makarov, 9-mm," ucap Verdant, sembari memandang Leone yang bersiap dengan pistolnya.

 "Makarov, 9-mm," ucap Verdant, sembari memandang Leone yang bersiap dengan pistolnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mereka masih ada disini. Pergi ke gudang dan lihat apakah barang-barang kita masih utuh," titah Leone dengan mata yang memindai ke seluruh ruangan.

Dor!

"Sir!"

Sebuah peluru meleset, menggores telinga Leone. "Cazzo," gumam Leone setelah ia menyentuh telinga dan meninggalkan sedikit darah di jarinya.

Kedua laki-laki itu mulai menembak bebas. Bertarung dengan banyak pria kekar yang berani menampakkan diri dihadapan mereka. Pencahayaan yang redup tidak menyulitkan kedua laki-laki itu. Justru mereka diuntungkan karena ini adalah wilayah keluarga Luciano. Suara pistol bersahut-sahutan dengan tembakan laras panjang milik orang-orang Rusia. Leone dan Verdant akan tetap lebih unggul walaupun mereka kalah jumlah. Verdant dengan cepat melumpuhkan dua belas pria setelah melubangi kepala, leher, dan mematahkan tulang-tulang mereka tanpa ampun. Mata gesitnya bergerak lebih cepat untuk menemukan para bajingan tak tahu diri yang berani datang ke tempat itu untuk mengacaukan gudang penyimpanan mereka.

"Berhenti!" Sebuah teriakan terdengar dari tengah altar. Didekat kursi uskup, seorang pria berjas hitam tanpa dasi, mendapatkan perhatian Leone dan Verdant dengan cepat. "Jika kalian ingin melihatnya tetap utuh, sebaiknya berhenti melawan dan jatuhkan senjata kalian."

Leone menyipitkan kedua matanya. Verdant melirik ke arah Leone dengan tatapan cemas. "Itu Valentina," katanya.

Dimitri, salah satu pria yang pernah mencoba membunuh Anthony beberapa tahun lalu, menodongkan pisau ke tenggorokan seorang wanita berambut cokelat yang tak lain adalah saudara perempuan Leone, putri tunggal Carlo, Valentina.

The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang