Surabaya, 9 Agustus 2016
Lilin cantik yang membara di atas kue kuning membuat netra gadis remaja itu berbinar, bibirnya terlukis jelas menggambarkan dirinya begitu bahagia.
Sepasang suami istri tak kalah bahagia melihat putrinya yang sedang bertambah usia. Wanita dewasa yang memegang kue sedikit menyodorkan kue agar gadis itu meniup lilin.
"Jangan lupa berdoa dulu, Sayang," pintah pria dewasa sembari tangannya mengelus rambut panjang putrinya.
Gadis itu memejamkan netranya dan menyatukan kedua tangannya dan mulai menggerakkan bibir mungilnya.
Orang tuanya saling melempar pandang dan tersenyum simpul. Tak lama, gadis itu menyudahi permohonannya memalui doa. Ia sedikit memajukan kepalanya dan mulai meniup lilin yang berkobar kecil di atas kue.
"Yeay!!" serunya sambil bertepuk tangan.
"Sehat-sehat, ya, Nak. Papa dan Mama selalu ada buat kamu," ucap pria tersebut dengan sedikit merangkul putrinya.
Dengan waktu yang tak lama, tampak wajah gadis itu seperti khawatir dan ketakutan. Segera mungkin ia menjauh dari rangkulan pria tersebut.
Wanita dewasa yang melihat langsung meletakkan kue yang ada di tangannya, di atas meja. Menghampiri perlahan putrinya dan memberi sumber kehangatan berharap putrinya sedikit tenang.
"Enggak! ENGGAK!" teriak gadis itu. Dunia yang ia tatap menjadi gelap, dan dua insan di depannya nampak seperti monster di netranya.
"PERGI!"
Orang tua gadis itu ingin sekali putrinya sembuh dan menjalani hidup layaknya remaja lainnya. Namun sayang, gadis itu hanya mau mengkonsumsi obat tanpa harus menjalani perawatan inap.
Thank you for reading!
See you on the next time!
don't forget to follow me on instagram @aissagustiin
babai!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Medicine for Life
Teen Fiction{SEBELUM BACA PASTIKAN ANDA SUDAH FOLLOW AKUN SAYA!} Siapa yang bilang dia gila? Dia tidak gila. Hanya stigma buruk yang tertuju padanya dan membuat kondisinya semakin memburuk. Gadis remaja yang hanya menginginkan hidup normal layaknya teman lainny...