"Kebahagiaan masing-masing orang berbeda, jadi jangan menghakimi kebahagiaannya jika menurutmu itu sepele."
-×-"Padahal Mama tahu kalau baju kamu yang baru masih banyak yang belum kepakai," gerutu Sherin yang baru saja datang di istana mereka sambil mengambil belanjaan dan yang jelas baju baru milik Yova.
"Mama, Papa aja beliin Yova enggak protes, kenapa Mama gitu, sih?" tanya Yova sedikit sedih.
"Kamu bisa lihat lagi di lemari putih kamu, Sayang," lanjut Sherin.
"Tapi Yova pengen beli, Ma." Yova turun dari mobil mengekori Sherin.
"Udah, enggak apa-apa. Toh juga Yova udah seneng. Iya 'kan, Yov?" Rajen menengahi perdebatan kecil antara keduanya agar segera usai.
"Ini sudah mau malam, kamu sempetin belajar, ya," pintah Sherin yang berjalan beriringan dengan Yova.
"Siap, Ma! Belajar 'kan hobi Yova, jadi harus dilaksanakan," lanjut Yova yang diakhiri tawa ringan dengan unsur candu jika didengar.
"clever girl!" puji Sherin.
-×-
"Fahmi." Panggilan yang tak pernah membuat Fahmi bosan. Tak ingin sang empu suara menunggu, ia meletakkan gawainya dan langsung berlari memenuhi panggilan.
"Iya, Ma?"
"Tolong belikan Mama gula di toko teh Lina depan komplek, Nak," pinta Farida-mama Fahmi-dengan nada bicaranya yang begitu lembut.
"Fahmi beliin ke market aja, ya?" tawar Fahmi.
"Kamu itu biar berbaur sama tetangga, Mi," jelas Farida menjelaskan tujuan mengapa ia menyuruh anaknya.
"Ya udah suruh Fia aja," tolak Fahmi.
"Mama suruhnya kamu, kok." Farida tetap pada pendiriannya menyuruh Fahmi untuk membelikannya gula.
"Ihh kalau mama suruh Fahmi, Fahmi beliin ke market aja," bantah Fahmi yang dibarengi duduk di salah satu kursi meja makan.
"Kamu itu biar kenal sama tetangga," lanjut Farida.
"Mama, kenal juga enggak ada faedahnya. Toh kita apa-apa bisa sendiri," gerutu Fahmi
"Kita makhluk sosial, Nak. Jelas kita butuh bantuan orang lain," tutur Farida halus.
"Nyuruh Fia aja, Ma," elak Fahmi yang sebenarnya tak ingin menolak, tapi tujuan yang ditugaskan Farida membuatnya ingin menolak.
"Apa Fia-Fia!" sarkas Fia keluar dari kamar yang letaknya tak jauh dari ruang makan.
"Beliin Mama gula, Fi," pintah Fahmi mengulang perkataan Farida yang sebelumnya tertuju padanya.
"Mama nyuruh kamu, Mas Fahmi," sela Farida.
"Ke market aja ya, Ma?" Fahmi masih berusaha menawar lokasi tempat ia membeli gula.
"Ayo, Mas. Beliin Fia jajan," timpal Fia yang tidak tahu apa-apa.
"Fia, Mama nyuruh Mas Fahmi ke warungnya Teh Lina," ucap Farida.
KAMU SEDANG MEMBACA
Medicine for Life
Teen Fiction{SEBELUM BACA PASTIKAN ANDA SUDAH FOLLOW AKUN SAYA!} Siapa yang bilang dia gila? Dia tidak gila. Hanya stigma buruk yang tertuju padanya dan membuat kondisinya semakin memburuk. Gadis remaja yang hanya menginginkan hidup normal layaknya teman lainny...