"Diam bukan berarti lemah."
-×-"Ngapain diomongin." Yova mundur beberapa langkah dari cermin di depannya.
"Kata Ma'am Tiara, Yova kuat. Jadi, enggak perlu pakai diomongin segala," lirihnya bermonolog.
"Untung aja tadi mama enggak curiga." Yova memegang kedua pipinya yang masih merah, tapi sudah tidak sakit.
Ia menangkup semua rambutnya lalu mengikatnya menjadi satu di bagian kelapanya sedikit atas. Tersenyum simpul melihat dirinya di cermin dan lalu menghamburkan dirinya di ranjang.
-×-
"Tapi kamu enggak boleh kasar gitu, Al sayang." Rena meredam emosi Aldan yang tak karuan setelah Zweeta pergi dari kediaman mereka.
"Dia kasar sama Yova, Ma! Apa dia enggak punya perasaan kasarin sesama cewek?" Lagi-lagi emosinya kembali.
"Al juga gangguin Yova, tapi Al enggak pernah sekasar itu sama Yova. Enggak sama Yova aja, sama siapa pun yang Al ganggu, Al enggak pernah main tangan!" jelas Aldan penuh penekanan.
"Yova siapa, sih?" tanya Rena.
"Yova temen Aldan yang gila itu," balas Aldan.
"Terus?"
"Ya terus ngapain Bunda percaya sama Zweeta? Anak Bunda Aldan atau Zweeta, sih? Kok lebih percaya ke Zweeta?"
Rena menghela napas. Entah apa lagi yang akan ia katakan. "Anterin Bunda ke mini market depan aja, yuk?" Rena mengalihkan emosi anaknya yang terlihat sudah tak terkontrol.
Aldan hanya menganggukan kepalanya pelan tanda setuju. Rena langsung meinggalkannya untuk mempersiapkan dirinya.
Aldan hanya mengambil topi hitam dan jaket danim-nya di ruang keluarga lalu menunggu Rena di depan rumah.
Tak lama terlihat Rena yang menutup pintu rumah dan berlajan menghampiri Aldan yang sudah siap dengan motornya.
"Udah?" tanya Aldan sedikit menoleh setelah dirasa Rena sudah naik di bagian belakang.
Rena berpegangan pada pundak kanan Aldan dan tangan lainnya berada di pinggang Aldan. "Sudah."
-×-
"Aldan tunggu sini aja," ucap Aldan ketika motornya sudah terpakir dan Rena hanya mengangguk lalu berjalan memasuki mini market.
Aldan hanya diam. Ia masih memikirkan kelakuan bejat Zweeta yang ia pikir tak ada habisnya.
Gadis dengan blazer hijau army dengan rambut yang hanya terikat setengah keluar dari mini market mengalihkan atensi Aldan.
"Yova bukan, sih?" lirihnya.
Ketika gadis itu berjalan dan duduk di kursi depan mini market membuat Aldan semakin memfokuskan pandangannya.
Aldan turun dari kendaraannya setelah melepas kunci. Berjalan dengan fokus gadis berblazer hijau. Jaraknya sudah hampir dekat. "Yov?"
Gadis itu sontak menoleh pada Aldan dan sedikit terkejut. "Ngapain lo?" tanyanya. Tak salah, dia Yova.
"Geser sana lo!" pinta Aldan berniat untuk menyuruh Yova untuk duduk di kursi lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Medicine for Life
Novela Juvenil{SEBELUM BACA PASTIKAN ANDA SUDAH FOLLOW AKUN SAYA!} Siapa yang bilang dia gila? Dia tidak gila. Hanya stigma buruk yang tertuju padanya dan membuat kondisinya semakin memburuk. Gadis remaja yang hanya menginginkan hidup normal layaknya teman lainny...