Date

60 9 3
                                    


Pembaca yang baik akan meninggalkan vote, komentar serta saran untuk motivasi author^^

Jangan lupa follow akun ini juga, ya!

26-6-2021

Sabtu

🌸🌸🌸

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~19.00 WIB~

Ryza tampak menatap diri di pantulan cermin. Merapikan rambut yang sudah diberi gel dan penampilannya yang cukup rapi malam itu. Mungkin jika cermin itu bisa bicara, dia akan bilang muak memantulkan wajah Ryza selama hampir dua puluh menit itu. Entahlah, Ryza paling senang bergaya di depan cermin selain di depan kamera.

"Mau kayak gimana juga gue tetap ganteng, ya," senyum Ryza percaya diri.

"Ryza," panggil Mama Iin ketika melihat putranya itu sibuk di cermin besar tengah rumah.

"Halo, Ma," sapa Ryza sembari berjalan mendekati Mama Iin, lalu mencium kening beliau, "Aku ganteng, kan?"

Mama Iin tersenyum, "Iya, dong. Anak Mama selalu terlihat tampan,"

Ryza cengengesan, "Nilainya berapa?"

"Hm, delapan puluh lima persen," sahut Mama Iin. "Kemejanya kurang rapi,"

Ryza tersenyum ketika Mama Iin membenarkan kerah kemejanya. Ah, memang Mama Iin adalah sosok ibunda yang menyayangi penuh anak-anaknya. Hanya saja sifatnya yang cukup cuek dan mementingkan martabat agak mengganggu. Yeah, walau begitu beliau terlihat sangat berwibawa. Bahkan Papa Rendra saja kalah wibawanya dengan Mama Iin yang sangat berpendidikan tinggi.

"Ngomong-ngomong, kamu mau ke mama, Za?" tanya Mama Iin.

Ah, kalo gue jujur, pasti gak bakal boleh ... Ryza tersenyum, "Mau keluar sama temen, Ma,"

"Siapa? Rey, Kim, atau Zyan? Oh, Daniel, ya?" tanya Mama Iin.

"Bukan, Ma," sahut Ryza.

"Ya sudah. Hati-hati di jalan dan jangan lupa makan malam," pesan Mama Iin.

Ryza mengangguk, kembali mencium kening Sang Ibunda sebelum kakinya melangkah riang keluar dari pintu utama rumah Addraff.

Brak!

Cowok itu menarik sabuk pengaman, lalu menghela napas pelan dan mengeluarkan handphone-nya.

"Yup! Kabarin dulu, kalo gak do-i bisa nge-DJ remix," gumam Ryza terkekeh pelan.

🌸🌸🌸

Masker bengkoang pada satu malam di tiap minggu adalah rutinitas wajib untukku. Tidak kuizinkan satu jerawat untuk muncul ke permukaan wajah. Aku sangat risih jika wajah sudah menimbulkan jerawat. Rasanya ingin kupencet sampai mengeluarkan darah biar terasa lega. Tapi jangan ditiru, itu tidak baik.

"Vy, mau makan bareng?" tanya Teh Nia. Di bawahnya ada Nina dan Nana yang bergelantungan karena asik bermain.

Aku mengangkat tangan, memberi isyarat penolakan karena masih berkutat dengan masker. Menggerakkan mulut saja dilarang, apalagi mengunyah makanan? No, bukan hal yang mudah untuk mempertahankan masker wajah agar tidak pecah.

Teh Nia berlalu. Aku kembali memainkan handphone, melihat sosial media setelah puas menonton anime Boruto episode 200. Jangan salah, aku memang menyukai anime tapi aku bukan wibu. Hanya beberapa gelintir anime saja yang kusuka seperti Naruto dan anaknya. Detective Conan, dan juga anime dengan durasi movie karena lebih simpel saja.

AvyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang