Kakek-Kakek?

60 12 5
                                    

Pembaca yang baik akan meninggalkan vote, komentar serta saran untuk motivasi author^^

Jangan lupa follow akun ini juga, ya!

18-6-2021

Jum'at

🌸🌸🌸
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Haaah ...!"

Aku menghela napas, mengusap keringat pada kening atas perbuatan panas yang menyengat. Matahari seakan-akan berada satu kilan di atas kepalaku. Huft! Panas sekali. Sepertinya es teh cocok untuk menyegarkan raga, pikiran, dan hati yang sama panasnya.

Lho?

Aku mengeryitkan dahi, memperhatikan seorang kakek tua yang baru saja berdiri dari duduknya dan bersalaman dengan Abah Rajak. Apa beliau kenalan abah, ya? Tapi tampaknya kakek itu akan segera pergi.

"Ah, Avy. Kemarilah," ucap abah yang ternyata melihat kedatanganku.

Aku tersenyum kaku, lalu berjalan mendekat dan menyalami tangan abah.

"Vy, ini Kakek Syahrul. Dulu beliau temen deket nenek," beritahu abah.

Oh, teman mendiang nenek? Ya, memang kakek itu seusia nenekku. Tapi ada apa beliau datang kemari, ya? Apa kakek itu tidak tau kalau nenek sudah tiada atau hanya ingin bersilaturahmi?

Aku hanya mengangguk hormat. Kakek Syahrul tersenyum khas orang tua. Hm, pakaiannya cukup modis. Maksudku, beliau seperti petinggi yang kaya raya. Itu pun kulihat dari sebuah mobil putih keren yang terparkir di halaman rumah, dan tentu pasti itu milik Kakek Syahrul.

"Wah, sudah siang ternyata, ya," kekeh Kakek Syahrul setelah melihat jam tangannya. Ouh, apa itu Panerai PAM 425 Radiomir SLC? Jam tangan yang dibanderol harga hampir seratus lima juta itu? Wah, kakek ini konglomerat kelas kakap, ya.

"Ayo, makan siang di sini saja," tawar abah.

"Tidak, tidak. Saya sudah ada janji sama teman," sahut Kakek Syahrul, "Kalau begitu, saya pamit dulu. Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikum salam," sahutku dan abah bersamaan.

Hm, kapan bodyguard Si Kakek muncul? Pria berjas hitam yang memiliki tubuh kekar gelap itu membukakan pintu depan mobil untuk Kakek Syahrul. Dan dalam sekejap, mobil mewah itu sudah meninggalkan pekarangan kumuh kampung ini.

"Avy baru liat Kakek Syahrul pertama kali," gumamku.

Abah mengangguk. "Hm, beliau orang yang akan abah jodohkan sama kamu,"

What the ...?!

Aku menolehkan kepala. Yang benar saja? Aki-aki tua begitu mau dijodohkan denganku yang masih berusia kepala dua ini? Hah, canda Abah Rajak memang lucu. Tapi kenapa wajahnya terlihat serius seperti itu?

"Hahah, abah ada-ada saja," kekehku kaku.

"Abah tidak bercanda. Abah setuju kamu menikah dengan Kakek Syahrul," ucap Abah Rajak lagi.

"Baaah! Yang benar aja, ih! Gak mau! Masa Avy nikah sama kakek-kakek, sih?" gerutuku.

Baru saja abah ingin membuka suara, seseorang memanggilnya dengan keras.

"Pak Rajak! Anak-anak masjid pada kabur! Mereka gak mau ngaji, tuh!" seru orang itu.

Abah tampak menggeleng-gelengkan kepala, "Mereka harus dididik mengaji sejak dini,"

AvyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang