The Day

66 13 9
                                    

Pembaca yang baik akan meninggalkan vote, komentar serta saran untuk motivasi author^^

Jangan lupa follow akun ini juga, ya!

12-72-21

Senin

🌸🌸🌸
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Minggu, 10.00 WIB~

"Ha ...?" gumamku bengong.

Aku menatap lurus tidak percaya pada kerumunan orang-orang yang saling berbincang di bawah sana. Keluarga besarku berkumpul dengan seragam batik bewarna cokelat. Keluarga Ryza pun berkumpul dengan pakaian elegan dan berkelas. Di bawah sana, banyak teman-teman sekolahku dan para tamu yang tidak kukenal hadir pada acara minggu di gedung ini.

Pernikahanku!

"Oy, jangan melamun!" tegur seseorang.

Aku menoleh, melihat pada Ryza yang baru saja berbincang penuh senyuman bersama temannya. Ha, ia sama sekali tidak memiliki beban pikiran apa pun. Dari tadi lengkung senyumnya mengembang seakan-akan ia menikmati acara pernikahan ini. Padahal aku sendiri pun kaget, kenapa pernikahan ini tak terasa berlangsung cepat? Tau-tau sudah hari H, sudah mengenakan gaun, dan yang lebih mencengangkan,

Aku sudah sah menjadi istri Ryza El Addraff!

Aku menghela napas, memijat pelan keningku yang penuh dengan banyak pertanyaan. Sedari tadi aku berusaha menampilkan senyum pasta gigi kepada tamu-tamu yang bersalaman, apalagi berlagak di depan teman-teman SMA yang tertawa bahkan ngakak karena tidak percaya akan kenyataan jika aku dan Ryza benar-benar membangun bahtera rumah tangga, bukan hanya sekadar jodoh-jodohan masa sekolah. Tentu saja, mereka taunya dulu aku adalah penggagal nomor wahid untuk kenakalan Ryza, dan yang mereka mengenal Ryza adalah Si Jahil yang mendapat standing appluse untuk semua keisengannya terhadapku.

Mengesalkan.

"Nih, minum,"

Aku mendongak, mengambil secangkir sirup merah manis pemberian Ryza yang kini duduk di sebelahku dengan santainya.

"Sesuai permintaan lo, gak ada seisi Patra Group yang tau kita menikah kecuali Rey dan Kim," ujar Ryza.

Aku mengeryit, "Pak Rey dan Nona Kim?"

"Tenang aja, mereka bukan tipe orang yang bermulut ember, kok," tambah Ryza.

Yeah, aku tau Rey dan Kim bukan orang seperti itu. Mereka cenderung masa bodoh terhadap sekitarnya.

"Dan, bagaimana keadaan calon bini gue sekarang? Ah, maksudnya, bini sah?" Ryza mengangkat sebelah alisnya, menatapku yang mengeryit heran padanya.

Aku menghela napas, memijat pelan kepala kananku yang sedari tadi memang pusing. Mungkinkah faktor hijab berlapis dan mahkota yang cukup berat?

"Paan, sih," gumamku menyahut.

"Oh, oh!" Ryza duduk mendekat, "Dari tadi banyak temen SMA yang nostalgia tentang kita berdua,"

"Ya, ya, terserah," ucapku.

"Mereka bilang kalo gue dulu sering banget dieksekusi ketua kelas sewaktu SMA. Tapi sekarang udah bisa berkebalikan, ya ...?" Ryza melirik.

Aku mengeryit, menoleh pada smirk Ryza yang menatapku dengan tatapan tak dapat dicerna.

"Maksudnya?" tanyaku.

AvyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang