Kampung Halaman

68 12 18
                                    

Pembaca yang baik akan meninggalkan vote, komentar serta saran untuk motivasi author^^

Jangan lupa follow akun ini juga, ya!

11-12-2021

Sabtu

🌸🌸🌸
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Sabtu, 11.00 WIB~

"Teh Avyyy!"

Astaga, lihatlah para keponakan  yang menyerbu ketika aku turun dari mobil. Nina dan Ninu langsung berlari dan memelukku seketika. Ah, ternyata aku benar-benar merindukan mereka walau pun mereka berisik dan suka mengganggu pekerjaanku.

"Wah, ada pengantin baru!" seru Ilham berisik.

"Berisik, Am!" omelku.

Ilham cuma cengar cengir tidak jelas. Tidak lama terlihat pemilik rumah di depanku ini keluar dari singgasananya. Beliau tampak tersenyum dan membenarkan letak peci kepalanya.

"Abah!" seruku, lalu mendekati dan memeluknya.

Abah terkekeh. Aku menyalami tangan Abah Rajak, begitu juga dengan Ryza.

"Apa pekerjaan kalian menyulitkan sampai butuh waktu satu bulan untuk berkunjung kemari?" tanya Abah Rajak.

Ah, tidak, nada Abah Rajak berbicara sepertinya masuk ke tahap mode ngomel on.

"Maaf, Bah. Kerjaanku di kantor agak sedikit menggunung pasca menikah," kekeh Ryza.

Aku menoleh ke arahnya yang masih mengobrol dengan Abah Rajak dan Bang Anis yang baru datang. Hm, cepat sekali dia akrab dengan kedua pria itu. Memang, sih, Ryza itu supel dan banyak orang yang suka berteman dengannya karena keseruan serta keramahannya tersebut. Bahkan Bang Anis yang kalem dan biasanya lebih banyak mendengarkan itu pun kini bertukar argumen dengan Ryza.

"Bang Anis mau ke mana?" tanyaku ketika melihat abang sulungku itu sudah rapi.

"Kerja, Vy," sahut Bang Anis.

Ah, aku sampai lupa jika Bang Anis masih punya Baim untuk dirawat. Itu karena istri Bang Anis sudah meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas tahun lalu. Jadi hanya ada Baim sebagai pelipur lara Sang Ayah dan kami, para saudara/I ini pun dengan senang hati membantu merawat Si Kecil yang penuh agresif itu.

"Avyraaa!" seru ibu kaget, "Ya Allah! Ke sini gak bilang-bilang!"

Aku tersenyum, menyalami juga memeluk ibunda tercintaku itu. Ah, sepertinya beliau sedang masak bersama Teh Salsa dan Teh Nia dilihat dari spatula yang masih menyangkut di tangannya.

"Eh, Nak Ryza. Kamu istirahat dulu ke kamar Avyra, gih! Pasti capek nyetir sejam ke sini," ujar ibu.

"Ah, nggak, kok, Bu. Jalanan nggak macet, jadi santai nyetirnya," sahut Ryza.

"Bu, Avy bantuin masak, ya?" tawarku.

"Boleeeh! Kebetulan kita hari masak banyak dan pedas-pedas!" ujar ibu.

AvyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang