14. A deal (?)

8.7K 1.4K 406
                                    

⚠️TYPO DAN SALAH KATA TOLONG TANDAI
belum direvisi, maaf ada salah penulisan kata/tanda baca serta dialog tag yang kurang tepat.

hepi 5,2K ngaberss!!😻❤️‍🔥

chapter ini udah karatan nunggu authornya up dari bulan juni😃

vote dan komen sabi kali ye

happing— happy reading!

🧋🧋🧋

ku harap duniaku dan duniamu bisa bersatu menjadi dunia kita..

"Gimana nak? Baik-baik aja kan, di sana?" ujar seseorang dari seberang telpon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana nak? Baik-baik aja kan, di sana?" ujar seseorang dari seberang telpon.

"Iya Bu, Arin baik-baik aja kok. Malahan Arin dapet temen baru, baik lagi, Bu!" jawab gadis itu semangat.

"Baguslah kalo begitu. Maafin ibu ya, ibu gak bisa nemenin kamu di sana. Apalagi ada anak panti yang lain, biaya hidup di Jakarta juga mahal nak."

"Iya gapapa kok, Bu. Arin bakal belajar yang bener biar sukses supaya ibu gak kesusahan kerja sana-sini buat ngurus kami. Amin, kalo Arin sukses... Arin akan balas pengorbanan Ibu, biar Ibu sama ade-ade yang lain hidupnya layak!" tekad Arin.

"Kamu memang anak baik Arin... fokus ke sekolah kamu dulu yaa, jaga kesehatan, kalo ada kesempatan ibu akan ngunjungin kamu yaa. Yasudah ibu tutup dulu."

"Iya Bu!"

Panggilan tersebut terputus, Arin membaringkan badannya yang letih ke kasur untuk diistirahatkan, sangat pegal.

"Orangtua kandung gue, di mana ya?" gumam gadis itu sambil melihat langit-langit kamarnya. "Mereka kok tega buang gue?" gumamnya lagi.

Air matanya jatuh mengalir sampai membasahi sarung bantal, Setelah membayangkan betapa miris hidupnya tak lama dia tertidur dengan sisa-sisa air mata yang masih setia di pipi.

🧋🧋🧋

Ceklek

Pintu kamar yang tiba-tiba terbuka mengejutkan pemilik kamar tersebut. Dengan refleks dia yang sedang berbaring langsung terduduk. "Shit, puyeng pala gue anjir," gumamnya.

"Banggg, sakit perut!" adu seorang gadis yang membuka pintu dengan tiba-tiba, lalu berangsur naik ke tempat tidur dan menelungkup badan.

"Kenapa?" tanya Renio sambil mengusap kepala gadis itu. "Lagi dapet?" tanyanya lagi.

Renia hanya bergumam. Dia sibuk merapatkan badannya menempel dengan kasur, berharap sakit pada perutnya hilang, tapi tetap saja masih terasa ngilu dan melilit.

SELF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang