39. Eighteen Years

3.3K 591 58
                                    

⚠️Tandai jika ada typo, etc

Klik bintang di pojok kiri ya, thankyou!💘

Sepasang suami istri sedang memperhatikan seorang perempuan bergaun maroon sedang menggandeng lelaki di pojok kiri, mereka adalah sang pemilik pesta malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang suami istri sedang memperhatikan seorang perempuan bergaun maroon sedang menggandeng lelaki di pojok kiri, mereka adalah sang pemilik pesta malam ini. Albert dan Agnes.

"Wajahnya..." ujar keduanya bersamaan lalu saling menoleh setelah itu.

"Kamu merasakannya?" tanya Agnes pada Albert.

Albert mengangguk pasti. "Bahkan jantungku seakan ingin melompat dari tempatnya, Sayang."

"Apa salah jika aku berharap kalau dia adalah orang yang kita cari mati-matian selama ini?"

Albert merangkul Agnes segera sebelum air mata istrinya meleleh. "Don't cry, Sayang. Bagaimana jika kita tanyakan langsung, hm?"

Agnes mngangguk, segera menarik tangan suaminga menuju ke orang yang sedari tadi mereka tatap. Agnes ragu untuk bertanya, di sebelah gadis itu ada lelaki yang setia menggandengnya mesra.

"Permisi."

Lelaki yang disapanya berbalik sembari menunjukan gigi rapi dan putih miliknya. "Eh, Om Albert, ada apa Om?"

"Nope, hanya sekadar menyapa. Enjoy the party?"

"Pasti dong Om, kece begini. Oh iya, happy wedding anniversary. Doain biar Kristo bisa nyusul kayak Om Tante sekarang," bisik Kristo.

Agnes terkekeh mendengarnya. "Amin, selesaikan dulu studynya. Jadi orang sukses, setelah itu jemput pendamping kamu," ujarnya menasihati.

"Oh ya, di samping kamu ini siapa?" Albert bertanya dengan pandangan dalam ke gadis itu.

"PRI, Om," jawab Kristo jahil.

Kedua paruh baya itu saling bersitatap bingung. "PRI, maksudnya?"

"Pacar rasa istri," jawab Kristo langsung, membuat Agnes dan Albert terkekeh renyah. Ada-ada saja pasangan di depan mereka ini. Sedangkan gadis di sebelah Kristo segera memukul pelan lengan Kristo dengan mata memicing.

"Pacar rasa istri boleh, tapi jangan main nyelup dulu, bahaya." Albert menyambung diikuti semburat merah di pipi pacar Kristo.

"Namanya siapa, cantik?" tanya Agnes tersenyum.

"Arin, Tante. Arinda Varenina."

Ngomong-ngomong, perjuangan Kristo selama setahun ini membuahkan hasil. Berbagai cara dia meyakinkan Arin, akhirnya gadis itu jatuh ke pelukannya. Kristo tidak hanya menang omongan, tetapi dia membuktikan langsung dengan caranya sendiri hingga membuat Arin luluh.

SELF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang