33. Arsen Wish

5.6K 830 114
                                    

⚠️Belum direvisi. Tandai jika ada typo, etc.

Happy 209K readers!

Happy Reading

Ketiga orang di sana masih terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiga orang di sana masih terdiam. Tidak tau ingin merespon seperti apa terhadap penjelasan lelaki itu.  Renia dan Renio ikut menyimak setelah mendengar nama Ragina, wanita yang menjadi alasan keluarga mereka hancur.

Sementara Seana... dia mencerna dengan baik apa saja yang baru keluar dari mulut mantan suaminya.

Dahulu dia berpikir bahwa, dengan tidak mengetahui satupun informasi tentang pria itu akan membuatnya tenang dan terhindar dari semuanya.

Tapi sayangnya, realita tak sesuai ekspektasi.  Semua yang berhubungan dengan pria itu tetap muncul kembali tanpa bisa dia cegah. Membawa banyaknya peristiwa aneh yang belum terungkap sepenuhnya.

"That's it. Aku menceritakan sejujurnya, tak ada yang ditutupi lagi. Tentang Gina, anakku dengannya, dan..." Arsen membasahi bibirnya dahulu sebelum melanjutkan perkataannya.

"Perasaan."

Lidah Seana terasa keluh untuk merespon setiap kata yang mengalun di telinganya. Menetralkan kembali detak jantung yang kembali berdetak cepat. Seakan sulit menghirup nafas dengan atmosfer ini.

Jangan sampai rasa itu tumbuh kembali.

"O-oh, ekhm, b-bagaimana dengan an-anakmu dengannya? Baik-baik saja, kan?" Pembicaraan sengaja Seana putar, rasanya canggung.

Arsen meraup wajahnya gusar. Menegakkan badan, menarik ke bawah kaos yang agak kusut. Menyerongkan badan sepenuhnya menatap sang lawan bicara.

"Bisa gak sih, nggak usah mengalihkan topik? Emosi gue!"

"Gue kan nanya, setan!"

"Halah, ngeles bae lo!"

Seana menarik nafasnya lalu menghembuskan kasar. Tidak ingin memperpanjang. Otaknya sedang menderetkan sejumlah kata yang pas, ingin menyelipkan pengertian di baliknya.

"Sen..."

Tutur kata lembut itu justru membuat bahunya merosot. Dari mimik wajah wanita di depannya pun sudah bisa dia duga, jawaban apa yang akan diterimanya.

"Kita sudah lama berakhir. Enam tahun bukanlah waktu yang mustahil untuk seseorang bisa melupakan."

Lidahnya membasahi permukaan bibir.

"I just want everything's okay. I forgive you, i think that's enough. Aku tidak ingin ada dendam masa lalu. Terlebih, anak-anak merindukan sosok seorang ayah, jauh dalam lubuk hati mereka."

SELF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang