48. Arsen's Gift

3.3K 495 64
                                    

⚠️Tandai jika ada typo, etc

Happy 307k readers and 2,35k folls!
Terima kasih banyak

Sebelum membaca alangkah baiknya vote dulu. Ramaikan juga komentar tiap paragraf, ya. Thankies!

Dua bulan telah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua bulan telah berlalu. Terapi pemulihan Renio sudah selesai hingga dirinya bisa kembali ke rumah dan menjalankan aktivitasnya lagi. Bahkan, lelaki itu sudah mulai menjalankan kuliahnya, bersama Renia namun berbeda jurusan. Saat ini, keduanya menyandang status 'maba' atau mahasiswa baru.

Arenio memilih jurusan management business. Lelaki itu memiliki ketertarikan dalam dunia bisnis, sama seperti Reylan. Terlebih, dia akan mewarisi perusahaan Arsenio suatu saat nanti dan itu merupakan kewajibannya. Arsen bersikeras agar perusahaan yang sudah susah payah dibangun turun temurun keluarganya tidak padam begitu saja. Dan, Renio sebagai anak lelaki pertama tidak keberatan.

Sedangkan Renia, dia dan Dela memasuki jurusan yang sama yaitu kedokteran. Namun, nantinya Renia akan mengambil spesialis anak sedangkan Dela spesialis kandungan.

"Ren!" panggil Renio pada adiknya yang baru turun di anak tangga terakhir. Renio menggerakan tangannya seakan menyuruh Renia mendekat karena ingin menunjukan sesuatu.

"Kenapa?" tanya Renia setelah duduk di kursi meja makan berhadapan dengan sang abang.

Renio mengeluarkan 2 benda kecil, menyerahkan keduanya ke tangan perempuan itu. "Nih, gue kembaliin."

Renia menatap heran dua benda itu sekaligus menatap bingung Renio. Mimpi apa yang merasukinya hingga mengembalikan benda ini?

Menyadari pikiran adiknya, Renio pun menjawab, "Sekarang, lo udah kuliah, bukan anak SMA lagi. Dan, gue rasa lo udah bisa bertanggung jawab atas keputusan yang lo ambil beserta risikonya. Gue gak ada hak untuk ngelarang lo ini itu lagi," ujar Renio penuh pengertian.

"Jadi, gue kembaliin kunci motor sama mobil lo yang gue sita. Gue harap, lo gak bakal ngelakuin sesuatu yang hanya merugikan diri lo sendiri," sambung Renio.

Renia tersenyum lalu bangkit untuk memeluk abangnya, menempelkan pipi mereka gemas. "Aaaa makasihhhh!"

Renio sontak tersenyum, sampai matanya ikut menyipit. Mengelus rambut adiknya penuh sayang.

"Oh ya, gue juga punya sesuatu buat lo," sahut Renia lalu melepaskan pelukannya. Dia menarik Renio hingga berdiri lalu menunjuk ke arah pintu mansion.

Renio mengekor pasrah. Entah apa 'sesuatu' yang dikatakan oleh adiknya. Dari pada menerka-nerka, lebih baik dia mengikuti Renia dan melihatnya langsung.

"Eits, tutup mata dulu dong!" seru Seana yang tiba-tiba datang sambil menenteng kain hitam.

"Ih, Mama, ngagetin aja kayak jailangkung."

SELF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang