AUTHOR POV
Pandangannya kosong. Ia tak tau kini ia sedang melihat apa. Ya Livia. Kakinya tiba tiba membawanya ke depan rumah mewahnya yang sangat dirindukannya. Rumah yang dulu selalu membawanya ke kenangan kenangan yang terindah. Kenangan bagaimana dulu ia masih bersama semua keluarganya. Papanya, mamanya serta kakak kakaknya.
"Kenapa semua ini harus terjadi sih..".rintih Livia disambut dengan derai airmatanya di depan pagar rumah yang menjulang mewah ini.
Ia semakin menangis terisak. Matanya terus memandangi rumah itu. Dan tiba tiba saja matanya berhenti ke arah sudut jendela rumah itu. Ya itu adalah jendela kamarnya. Masih tertutup dan tertata rapi di balik gordennya itu.
Disitu ia kembali terkenang akan masa lalu saat ia bersama teman teman SMP-nya bermain di dalam kamarnya. Kini semua kenangan itu harus ia pendam dalam dalam dan harus dilupakannya.
Karena saat ini harapannya hanya satu, mengembalikan rumah dan semua harta bendanya. Namun, ia bingung harus melakukan apa untuk mengembalikan semuanya. Mencari pekerjaan? Mana mungkin ia keterima karena umurnya saat ini belum cukup untuk bekerja.
"Ma pa Via kangen..".tangisnya semakin menjadi jadi.
"Via..".sapa seseorang yang membuat ia langsung menoleh ke arah sumber suara.
Ternyata itu adalah sosok Davin. Kenapa ia ada disini? Di pagi Minggu yang masih gelap dan cerah ini? Di depan rumahnya lagi..
"Lo? Nga-ngapain lo kesini..?".tanyanya terbata bata seraya menghapus air matanya.
"Gue tadi ngelewatin rumah lo gak sengaja gue ngelihat perempuan dan ternyata itu lo".jelasnya.
Livia gak menjawab ia lalu membalikkan wajahnya kembali ke arah rumah itu.
"Vi.. kalau lo ngedown begini terus, semua masalah gak akan selesai".kata Davin mengusap usap kepala Livia.
Di dalam hatinya Livia terus menggerutu berkat Davin yang selalu saja hadir di hadapannya tanpa ia butuhkan. Di satu sisi Davin itu sangat cuek kepadanya, namun tiba tiba saja di satu sisi lain Davin begitu peduli terhadapnya.
"Kenapa lo care sama gue?".kini Livia berbalik tatapan ke Davin.
Davin gak ngejawab. Malah ia memandangi rumah Livia yang terbilang lebih mewah daripada rumahnya sendiri.
"Karena gue..".jawabnya sedikit terbata.
"Karena apa?!".
Lidah Davin seakan mengering saat ingin menjawab omongan Livia.
"Seharusnya lo itu ngejauhi gue seperti anak anak lainnya. Karena yang gue tau lo itu punya teman yang semua kehidupannya cukup berada. Gue? Gue itu miskin, lo gak pantas buat deket deket sama gue..".isak Livia membuat kepala Davin menunduk.
"Gak bukan gi..".".IYA".teriak Livia memotong omongan Davin.
"Gue tau maksud lo deketin gue saat ini cuma karena gue itu dijauhi sama satu sekolah kecuali sahabat gue iyakan? Please ka.. gue itu miskin gak kaya lo. Lo seharusnya malu deket deket sama gue karena bokap gue dipenjara nyokap sama kakak kakak gue sekarang jadi buruh pabrik. Lo seharusnya malu berteman sama gue malu ka malu!".isaknya makin menjadi jadi.
"Vi! Please stop sidang gue. Oke gue akuin dulu gue cuek banget sama lo. Sekarang? Gue rela gak cuek demi lo adik kelas gue. Gue emang gak sedeket kaya lo sama cewe cewe lain tapi satu hal yang mesti lo tau. Lo itu beda, beda dari cewe cewe lain. Kalau lo gak percaya nanti gue bakal buktiin ke lo. Gue deket sama lo bukan karena urusan harta. Tapi karena..".omongan Davin tiba tiba berhenti.
Livia terus memasang tampang bertanya ke arah Davin.
"Karena gue..".
"Eh ngapain kalian disitu!".teriak satpam rumah Livia membuat Davin sedikit menggeram emosi karena omongannya dipotong oleh satpam.
"Yaelah ganggu aja. Yaudah mending lo ikut gue, kita bicarain semuanya di rumah gue?".saran Davin.
Sebelum diiyakan oleh Livia, Davin menarik tangannya tiba tiba.
*
DAVIN POV
Entah mengapa gue membawa Livia kerumah gue. Gue masih belum bisa ngasih jawaban ke Livia soal kenapa gue mau deket sama dia. Soal perasaan? 50% benar 50% salah. Duh kok gue jadi ababil gini sih.
"Mau minum apa?".tanya gue sesaat setelah sampai di ruang tamu rumah gue.
"Gausah. Gue gak haus..".serunya.
Yaelah ini anak ditawarin minum bilangnya gak haus. Yaudah deh kalau emang gak mau.
"Btw lo ikutan acara sekolah?".tanya gue.
Livia hanya menangguk. "Ikutan apaan?".tanya gue lagi.
"Vocal solo dan selfie".jawabnya.
"Lo bisa nyanyi?".kata gue sedikit dengan nada agak terkejut.
Entah dari dorongan apa gue nyuruh Livia buat nyanyi. Alhasil ia pun bernyanyi di depan gue tanpa iringan apapun. Ia menyanyikan lagi 'all of me - john legend'. Saat gue mendengarkan suaranya, gue begitu terkesima mendengarnya. Gimana gak, suara Livia itu keren banget dan indah didengar.
"Bagus deh suara lo".puji gue dengan raut wajah datar.
"Thankyou..".ucap Livia.
"Vi..".sapa gue.
"Hemm?".dengung Livia.
"Coba lo dandannya agak perempuan dikit. Gue rasa lo cantik kalau dandan cewe".lontar gue.
"Males".singkatnya.
"Yaudah..".gue pura pura ngambek. Biasanya kalau cewe lihat cowonya ngambek pasti bakalan luluh. Lah Via? Enggak.
Memang yee cewe zaman sekarang sok jual mahal banget.
*
Haloo!! Aduh ceritanya kok rada gak nyambung gini ya? Duh maaf.. lupa alur ceritanya soalnya hahaha
![](https://img.wattpad.com/cover/28919145-288-k765711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVIA ✔
أدب المراهقينDi hari pertama MOS, Livia harus dihadapi dengan berbagai macam peraturan yang mempertemukannya kepada seorang laki laki yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Davin. Laki laki popular yang diidam idamkan para kaum wanita itu berhasil menggemparkan...