AUTHOR POV
"Thanks ya udah mau nganterin gue".kata Livia membuka obrolan ketika mereka sudah sampai di depan rumah baru Livia atau rumah mbo iyem.
"Iya sama sama vi..".jawab Davin sambil tersenyum. Ya senyuman yang bisa membuat hati para cewek terbang ke angkasa.
Senyuman itulah yang menampakkan asli diri Davin sebenarnya. Tidak cuek, dingin dan datar. Sifat itulah yang membawanya ke suasana sekolah, kalau dirumah sifat aslinya yang manja, suka tersenyum, mengganggu adiknya itulah yang membuat aib dari diri Davin yang sebenarnya.
Livia pun masuk ke dalam rumah dengan jalan yang gugup disertai goncangan hatinya yang aneh sedari tadi. Begitu juga Davin saat masuk ke dalam mobil ferrary nya ia juga setengah gugup dan selalu menahan nafas ketika melihat wajah Livia yang tersenyum saat pamit kepadanya.
Bener bener senyuman malaikat sampai sampai gue gak bisa bernafas gini. Kok lo jadi perhatiin setiap wajahnya sih vin? Ah tau deh.gumam Davin dalam hati.
"Assalamualaikum mbo iyem..".seru Livia ketika sudah masuk ke dalam rumah mbo iyem dan ia juga langsung meletakkan tasnya di kamar mbo iyem.
"Waalaikumsalam, eh non Livia sudah pulang toh. Ayo non makan dulu udah mbo masakin makanan barusan".kata mbo iyem langsung menarik Livia ke dapur.
"Hmm..harum banget mbo. Kayanya enak deh.. hahaha".puji Livia ketika melihat makanan yang sudah dibuat mbo iyem berada di atas meja dengan harum yang menyengat membuat pipi mbo iyem merah merona akibat malu.
Setelah itu, Livia mengambil piring yang sudah disiapkan mbo iyem di meja lalu mengambil nasi sesuai dengan porsi Livia. Sepanjang ia mengunyah masakan mbo iyem, Livia tak henti hentinya memuji masakan mbo iyem sehingga membuat mbo iyem semakin malu.
Melihat tingkah mbo iyem yang pemalu itu, membuat Livia tertawa terbahak bahak hingga membuatnya tersedak saat sedang mengunyah makanan dalam posisi tertawa.
Hal itu membuat Livia langsung cepat cepat mengambil air lalu diminumnya.
"Tuh non, makanya kalau lagi makan jangan tertawa terus. Tersedak kan non".kata mbo iyem setengah khawatir sambil menyodorkan segelas air putih walaupun Livia sudah meminum satu gelas air namun itu tetap kurang baginya.
"Ya habisnya muka mbo kalau lagi malu lucu".kata Livia apa adanya.
"Lucu gimana sih non? Orang mbo biasa aja".
"Tuh kan, kalau mbo yang menilai mana mungkin bilang iya. Kalau Livia yang nilai baru iya".
"Gak ngerti mbo non".
"Hah.. sudahlah mbo gausah di ngertiin kali".kata Livia pasrah.
Mbo iyem hanya mengangguk lalu membersihkan piring piring setelah mereka berdua selesai makan dan membawanya ke dapur.
Livia pun pergi ke kamar untuk beristirahat sebentar.
Di dalam kamar mbo iyem, Livia kembali merenungkan dirinya sendiri. Entah hal apa yang dipikirkannya yang jelas mata Livia tiba tiba mengeluarkan air mata ketika ia kembali mengingat hal sewaktu di bully oleh teman teman sekelasnya tadi.
Flashback.
"Tringgg".bunyi bel sekolah terdengar merdu ke penjuru sekolah. Terutama Livia ketika mendengar guru mata pelajaran kelasnya menyuruh semua anak anak kelas untuk bersiap siap untuk pulang.
Ia pun segera membereskan buku bukunya lalu segera beranjak dari mejanya berada dan bergegas untuk pulang ketika guru mapel sudah keluar dari dalam kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
LIVIA ✔
Roman pour AdolescentsDi hari pertama MOS, Livia harus dihadapi dengan berbagai macam peraturan yang mempertemukannya kepada seorang laki laki yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Davin. Laki laki popular yang diidam idamkan para kaum wanita itu berhasil menggemparkan...