KATYA POV
Hari ini sekolah sangat sepi tanpa kehadiran Livia yang kabarnya masuk rumah sakit. Gue gak tahu juga soal Livia kenapa bisa masuk rumah sakit, yang gue tahu kemarin saat pulang sekolah, gue Claura dan Thalia sudah mencoba membangunkan Livia dari lamunannya yang panjang. Namun Livia terus saja belum terbangun. Jadi apa boleh buat, gue dan yang lainnya lebih memilih pulang. Soal Livia belum pulang atau gak nya gue juga gak tahu.
"Oy ngelamun aja lo".sahut Thalia sambil memukul punggung belakang gue membuat gue sedikit terkejut.
"Ish, apaan sih lo!".gerutu gue.
"Guys kita jadi gak jenguk Livia?".kali ini Claura yang membuka suara.
"Jadi dong dia kan sahabat kita".jawab gue.
"Oke oke. Gimana nanti pas pulang sekolah kita bawa bingkisan gitu supaya dia semangat buat nyerang penyakitnya?".saran Claura.
Gue dan Thalia langsung mengangguk mantap.
.
Bel pulang sekolah yang sedari tadi kami tunggu pun tiba. Gue langsung mengajak kedua sahabat gue ini buat segera ke parkiran sembari menaiki mobil jazz merah gue.
Gue membawa mobil gue ke area pondok indah buat membeli beberapa alat buat mendekor ruangan Livia. Gue dan yang lainnya memang berencana buat ngedekor ruangan ICU Livia setelah meminta izin dari dokternya.
"Ke PIM aja deh mending. Kan deket tuh dari sini".saran Thalia kali ini.
"Iya PIM aja kan sekalian juga buat beli makanannya".kata Claura.
Gue pun mengangguk lalu memutar arah ke PIM. Setelah sampai di pintu gerbang PIM, gue langsung memakirkan mobil gue lalu segera turun diikuti oleh Claura dan Thalia.
"Kemana dulu nih guys?".tanya gue pada Claura dan Thalia.
"Ke toko boneka deh".Thalia.
"Mau ngapain?".tanya gue serempak dengan Claura.
"Tapi kita mau ngedekor ruangannya Livia. Kalau pakai boneka kan nanti jadinya antik antik gitu".jelas Thalia.
Gue dan Claura cuma mengangguk gak jelas. "Yaudah yuk".ajak gue.
Kemudian gue dan yang lainnya memilih beberapa boneka yang memang disukai oleh Livia. Setelah itu kami segera membayar semua boneka tersebut.
Setelah membeli beberapa boneka, kami bertiga pergi ke Gramedia. Di Gramedia kami membeli beberapa lukisan lukisan dan bingkai foto yang akan diletakkan beberapa foto foto kenangan kami bersama Livia.
Setelah semua alat alat dekorasi telah dibeli, gue dan yang lainnya membeli beberapa makanan di food court. Setelah itu kami pun segera balik ke parkiran buat pergi ke RS dimana Livia dirawat.
Setelah sampai di RS dimana Livia dirawat, gue dan yang lainnya segera berlari menuju ruangan Livia. Betapa sedihnya gue melihat Livia sedang terbaring lemah dengan alat inpus ditangannya serta beberapa perban di pipinya dan tangannya.
"Ya ampun Livia..".rintih Claura lalu ia pun segera berlari memeluk Livia yang terbaring lemah.
Jujur, gue gak tahan ngelihat Livia seperti ini. Gue emang sahabatnya yang paling dekat banget sama Livia tapi gue gak pernah datang tepat waktu saat Livia membutuhkan gue. Maafin gue vi..
Kini air mata gue mulai mengalir. Begitu juga Thalia dan Claura. "Guys.. udah jangan pada sedih. Kalau kalian sedih pasti Livia juga ikutan sedih, gimana kalau kita dekorasi ruangan Livia sekarang juga?".saran gue untuk menenangkan mereka semua.

KAMU SEDANG MEMBACA
LIVIA ✔
Novela JuvenilDi hari pertama MOS, Livia harus dihadapi dengan berbagai macam peraturan yang mempertemukannya kepada seorang laki laki yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Davin. Laki laki popular yang diidam idamkan para kaum wanita itu berhasil menggemparkan...