DAVIN POV
Setelah makan selesai, rasa penasaran gue mulai keluar waktu Livia tadi nangis gak jelas di kelas dan di lapangan Basket. Emang sih feeling gue nyatain kalau Livia nangis gara gara Daffa cuma gak mungkin Livia bisa senangis itu sedangkan Daffa gak pernah sekalipun sapa atau bicara dengan Livia itupun hanya secara kebetulan sewaktu camping kemarin.
Duh bingung gue sekarang mesti ngapain, emang sih gue ngajakin Livia jalan karena gue cuma pengen tahu alasan Livia nangis juga karena gue bosan dirumah.
"Vi".sapa gue.
Gue gugup dan gak tahu lagi harus ngomong apa sama Livia. Livia hanya ngejawab pertanyaan gue dengan melirik gue sambil memakan makanannya yang memang belum selesai daritadi.
"Gue mau nanya".ucap gue terpaksa.
"Nanya apaan?".tanya Livia.
"Tadi lo kenapa nangis?".sahut gue seraya mengingat kejadian di sekolah tadi.
"Bukan urusan lo".singkat Livia.
Hft bosan gue dengerin jawaban itu mulu daritadi. Kaya gak ada jawaban lain, udah tahu gue kepo maksimal dan harus tahu kenapa nih orang nangis, malah jawabannya begituan. Hft kesel!.
"Serius kek lo".kata gue udah mulai kesal.
Livia meletakkan kedua sendok dan garpu yang sedari tadi dipegangnya di piring. Sepertinya tampak dari raut wajah Karin nih orang mau marah sama gue, eh emang gue bisa dimarahi gitu aja? Ck, gak semudah itu guys.
"Ngapain lo perhatian sama gue?!".kata Livia sekaligus membuat gue kaget.
Damn!
Omongan Livia langsung membuat hati gue mengiyakan omongannya. Iya sih ngapain juga gue perhatian sama Livia, ah tapi apa salahnya sih perhatian dikit aja? Gini gini juga gue gak tega lihat cewe sedih.
"Apa salahnya sih gue nanya?".kata gue.
"Ya gak salah sih cuma beda aja gitu ka".jawab Livia menilai nilai gue dari sorot matanya.
"Beda apanya?".tanya gue.
"Lo suka ya sama gue?!".tanya Livia dengan nada yang sedikit keras.
Shit!
Livia!! Kenapa lo harus nanya gue itu sih? Emang kalau nanya dan perhatian dikit doang dibilang suka gitu? Cih gr.
"Gr banget sih lo wo..".kata gue seraya melemparkan tissue yang ada di meja ke muka Livia. Livia hanya tertawa ke arah gue.
"Ya kalau lo suka sama gue gapapa sih ka, berarti lo udah mulai suka sama cewe".sahut Livia.
Iya juga ya.
Ah tapi masa iya gue nantinya bakal suka ke Livia? Omong kosong. Palingan juga kalau suka cuma bentaran doang hanya sekedar kagum.
"Bawel lo, sekarang gue tanya lo tadi kenapa nangis?!".bentak gue.
"Ya gak pake bentak juga ih. Gue tadi nangis karena Daffa".jawab Livia dengan nada terpaksa.
"Kok gitu?".tanya gue.
"Ada something".jawab Livia seraya memutar kedua bola matanya.
"Sok something lo udah buruan cerita kenapa?".kata gue.
Duh ni anak gue lagi ngomong malah bengong gitu.
"Ck, oy bengong aja lu".kata gue setelah menyentil dagu Livia.

KAMU SEDANG MEMBACA
LIVIA ✔
Novela JuvenilDi hari pertama MOS, Livia harus dihadapi dengan berbagai macam peraturan yang mempertemukannya kepada seorang laki laki yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Davin. Laki laki popular yang diidam idamkan para kaum wanita itu berhasil menggemparkan...