Misi pertama dan kedua telah selesai. Setelah itu, aku harus mengerjakan misi ketiga. Yaitu, setiap siswa harus menulis surat cinta kepada salah satu senior yang menjadi panitia di MOS kali ini. Mendengar misi terakhirku yang tak masuk akal, membuatku sedikit frustasi. Aku sama sekali belum memiliki ide untuk membuat surat cinta dengan siapa.
Setiap siswi diwajibkan menulis surat cinta kepada senior laki laki. Sedangkan setiap siswa, diwajibkan menulis surat cinta kepada senior perempuan. Siapakah senior yang namanya akan tertera di suratku nanti?
Aku masih terus memandangi kertas serta amplop berwarna biru yang tadi telah dibagikan oleh panitia OSIS. Sedangkan untuk laki laki, akan diberikan sebuah amplop serta kertas berwarna pink.
Rasa frustasiku semakin memuncak. Di SMA ini, aku sama sekali belum mengetahui nama nama senior yang menjadi panitia acara ini. Aku hanya mengetahui kedua nama laki laki yang membuatku bingung. Aku hanya mengenali kak Ardi dan kak Davin. Jika aku meletakkan nama kak Ardi di suratku, sudah jelas bahwa ketika kak Ardi mengetahui di suratku ada namanya, ia pasti akan memberitahukan soal ini kepada kedua orang tuaku. Apalagi, dia adalah sosok pria yang mengenali Papi berkat orangtuanya adalah sahabat karib Papi.
Bisa bisa, aku malah ditertawakan oleh kelurgaku sendiri ketika aku sampai di rumah.
Apa aku harus meletakkan nama kak Davin di dalam suratku? Ah tidak. Aku tidak akan menulis nama kotornya di suratku berkat perilaku tak senonoh yang telah diberikannya kepadaku. Apalagi, aku sangat tidak menyukainya, bahkan rasa ketidak sukaan itu telah berubah menjadi kebencian.
Namun, jika aku tidak meletakkan namanya di kertasku, aku tidak akan pernah mendapatkan nilai di misi terakhirku ini. Apalagi, nilai di misi ini akan dimasukkan ke dalam nilai pelajaran Bahasa Indonesia. Aku tidak ingin nilaiku kosong.
Akan tetapi, mau bagaimanapun juga, aku harus tetap menulisnya meskipun nama senior yang tertera di suratku ini adalah nama dirinya-kak Davin. Persoalan jika aku menang nanti, itu semua sudah menjadi persoalan belakangan. Aku tidak mementingkan soal hadiahnya, aku hanya mementingkan nilai di misi terakhirku ini.
Bel lonceng berbunyi. Itu artinya, waktu untuk menulis surat cinta telah dimulai. Aku mulai mengambil pulpen yang berada di saku seragamku. Aku mulai menulis serangkai puisi di kertas ini dengan fokusnya tanpa memerdulikan keadaan sekitarku.
"Lo ke siapa vi?".tanya Katya dari arah kananku. Sedangkan Claura dan juga Thalia berada di belakangku dan juga Katya.
"Ke kak Davin. Kalau lo?".jawabku.
"Gue sih ke kak Ardi. Habisnya dia tuh ramah banget sih. Cocok banget jadi ketua OSIS".katanya jelas.
Aku baru sadar sekarang kalau ternyata kak Ardi adalah ketua OSIS di SMA baruku. Tapi, apa mungkin dialah orang yang seenak jidatnya saja menentukan jam masuk sekolah lebih tepat dari yang sebelumnya ditentukan oleh pihak yayasan? Entahlah, lagian aku juga tidak akan memperdulikan soal itu lagi.
"Kalau kak Davin kan jutek banget. Pantes banget dia jadi wakil OSIS".tambah Katya lagi.
Aku menaikkan sebelah alis bingung. Jadi, kak Davin adalah sang wakil OSIS. Namun, aku sedikit tidak setuju jika jabatannya sebagai wakil. Perilakunya tidak akan pernah menjadi contoh bagi anak anak lainnya.
Aku diam tanpa membalas omongan Katya. Aku terus melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda akibat mendengar pernyataan Katya.
"Lo kayanya buat dari hati banget sih vi".kata Katya saat melihatku menulis surat cinta ini dengan serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
LIVIA ✔
Teen FictionDi hari pertama MOS, Livia harus dihadapi dengan berbagai macam peraturan yang mempertemukannya kepada seorang laki laki yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Davin. Laki laki popular yang diidam idamkan para kaum wanita itu berhasil menggemparkan...