AUTHOR POV
"Liv lo inget ya, semua kebaikan lo gak akan pernah bisa buat ngebuka hati gue untuk lo".ujar Daffa. Kontan hati Livia terasa sangat sakit dibandingkan sakit yang sekarang ini.
Omongan Daffa spontan membuat hati Livia semakin tertusuk, apalagi Davin yang sedaritadi mendengarkan obrolan mereka bertiga. Meskipun saat ini bukanlah Davin yang disakiti oleh Daffa, akan tetapi ia tidak tega melihat Livia dihina seperti itu oleh Daffa sepupunya sendiri.
"Lo kenapasih daf? Apa salah kalau Livia suka sama lo? Oke gue ngaku kalau gue selama ini gak peka sama perasaan lo tapi itu cuma pura pura. Gue cuma ingin lo ngebuka pintu hati lo buat Livia".balas Liony tak kalah.
"Gue gak bisa..."."STOP!!".teriak Livia memotong omongan Daffa seraya menutup kedua telinganya.
Semua para pengunjung yang melihat perkecohan mereka bertiga tiba tiba terkejut atas teriakan Livia. Liony tampak ingin sekali membela Livia, namun apalah daya Daffa tidak akan pernah menggubris omongannya tentang Livia.
"Vi..".rintih Liony. "Udah ny stop gausah dilanjutin".ujar Livia dengan air matanya yang mengalir.
"Lo seharusnya gausah susah susah buat ngundang gue, karena yang punya acara sama sekali gak ngundang gue. Mungkin kehadiran gue disini gak berarti buat dia..".ujar Livia.
Tiba tiba tubuh Davin bergerak dan mendekati tubuh Livia. Ia ingin sekali menenangkan gadisnya itu. Di dalam hatinya, ia begitu kecewa kepada Daffa yang baru saja melontarkan kata tidak enak untuk didengar.
"Gak liv.. lo itu.."."Gak ny. Gue seharusnya yang salah kenapa gue datang kesini".Livia.
"Daf, gue cuma mau minta maaf ke lo. Gue tau kehadiran gue disini ngebuat lo marah. Gue cuma pengen lo tau satu hal kalau gue suka sama lo. Lo itu first love gue, mungkin ini semua bakal ngebuat gue susah untuk ngelupain lo. Gue tau lo cinta sama Liony, tapi gue gak bisa bohongin perasaan gue sendiri kalau gue sedih lo malah cinta dengan orang lain. Tapi gapapa kok, gue seneng kalau lihat lo seneng gak lebih..".kata kata Livia membuat telinga Davin memanas. Tangannya tak sengaja terkepal sewaktu mendengar omongan Livia.
Ya Davin cemburu, cemburu yang sangat teramat dalam. Cemburu mendengar gadisnya lebih mencintai orang lain, apalagi cinta pada pandangan pertama.
"Alah banyak alasan lo. Mending sekarang lo pergi!".bentak Daffa yang tak memperdulikan tatapan para pengunjung.
Livia terkejut mendengar omongan Daffa yang mengusir dirinya. Walau sakit, ia harus menahan sakit hati mendengar omongan Daffa. Livia tak mau dirinya nangis tersedu sedu dalam kondisi seperti ini. Cukup nangis seperti ini saja ia menangis.
Buk!
Tiba tiba Davin meninju pipi Daffa dari belakang Livia. Livia terkejut melihat Davin yang sengaja meninju pipi Daffa begitu saja. Tak tahan karena suasana yang berada di depannya ini, Livia memilih pergi dari hadapan mereka berdua. Ia ingin menenangkan dirinya tanpa ada satupun hal yang dapat menyakiti dirinya.
Daffa mulai mengusap ngusap pipinya bekas tinjuan dari Davin. Ia tak mengerti apa maksud dari Davin meninjukan wajahnya.
"Ma-maksud lo apa?".tanya Daffa sambil membetulkan badannya agar dapat berdiri dengan tegak.
"Lo masih nanya maksud gue apa? Lo itu gak lebih dari Tarisya. Lo biadab, lo nyakiti Livia sama aja lo nyakiti nyokap lo. Lo gak tau seberapa sayangnya Livia ke lo meskipun lo masih cuekkin dia? Lo gak pernah tau kalau Livia sering banget nyeritain lo ke gue meski sakit yang gue rasa..".omel Davin. Kini emosinya telah membeludak.

KAMU SEDANG MEMBACA
LIVIA ✔
Roman pour AdolescentsDi hari pertama MOS, Livia harus dihadapi dengan berbagai macam peraturan yang mempertemukannya kepada seorang laki laki yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Davin. Laki laki popular yang diidam idamkan para kaum wanita itu berhasil menggemparkan...