28

12.2K 619 15
                                    

Haloo!! Maafya part ini agak lama lagi fokus sama MID MM nanti marah pula pak Dian hahaha guru MMku:p. Btw pasti kangen kan sama part selanjutnya yang bikin penasaran alias greget hahahaha.

Yaudah lanjutin aja terus yaa bacanya pecinta wattpad. Semoga kalian suka dan semoga novel ini ada di kehidupan nyata hahaha........garing.

Babay!^^

*

AUTHOR POV

*
Livia segera bergegas pergi ke sekolahnya dengan menaiki tumpangan ojek. Dia sedikit bingung akibat Davin yang belakangan ini jarang sekali menjemputnya bahkan tidak pernah lagi memberi kabar padanya. Kejadian ini sangat mengusik hatinya. Di setiap malamnya Livia selalu mengecek handphonenya setiap saat untuk mengetahui kabar dari Davin, namun hasilnya tetap saja nihil.

Livia kemudian melangkahkan kakinya di depan pintu gerbang sekolah setelah selesai memberi uang untuk tukang ojek yang ditumpanginya tadi.

Seperti biasanya, Livia tak lagi dibully oleh Tarisya dan para sidekicknya semenjak ia tahu bahwa Daffa dan Davin mengancamnya bakal di drop out dari sekolah karena Daffa adalah keponakan dari pemilik sekolah.

Btw soal Davin. Livia mengingat nama tersebut di pikirannya. Tiba tiba saja ia ingin mencari Davin di setiap daerah sekolah yang selalu menjadi tempat tongkrongan Davin. Livia mencari ke setiap sudut sekolah seperti UKS, Kantin, kelas Davin, Perpustakaan, Atap Sekolah. Namun tetap saja hasilnya selalu nihil. Livia menggigit bibir bawahnya, ia bingung sekali dengan sikap Davin semenjak kemarin waktu ia bertemu dengan Daffa di mall.

Duh kemana lagi sih gue harus nyari dia...gerutu Livia di dalam hatinya.

Livia ingin sekali tahu akan kabar seorang Davin. Tidak hanya di kehidupan nyata, melainkan di kehidupan social media yang menjadi tempat keramaian Davin seperti Ask.fm, Instagram dan masih banyak lagi. Namun hasilnya tetap sama saja, Acc sosmed Davin semuanya sama sekali tidak ada pembaharuan terbaru.

Livia begitu khawatir. Khawatir atas apa yang menimpa diri Davin tanpa sepengetahuan dirinya, karena saat ini posisi Daffa telah tergantikan untuk Davin di hatinya saat ini. Ia tidak mau jika semuanya datang terlambat dan sia sia. Ia ingin bahagia meski semua harta bendanya telah habis, ia ingin bahagia. Bahagia karena mencintai orang yang juga mencintai dirinya. Karena kebahagian itu berasal dari seseorang yang mencintai kita.

.
.
.
.
.
.
.
.
(Lah elah kok sok bijak gini akunya? Hahaha aduh yang buat novel aja jones 2th. Cie bangga wil bangga. Iyadong jomblo itu harus bangga karena jomblo itu bahagia. Lah daripada yang pacaran berasa jomblo? Mending jomblo karena jomblo itu free. Tapi gak jones jg kali ya. Hahahaha.........garing)

Livia sudah mencoba menelepon Davin dari balik ponselnya itu, namun yang terdengar hanyalah suara operator yang membuktikan bahwa handphone Davin sama sekali tidak hidup. Livia kali ini benar benar sangat khawatir.

"Kenapa sih lo gelisah banget".kata Katya menghampiri Livia yang saat ini sedang gelisah.

"Tau deh. Diajakin ke kantin gak mau".sahut Claura yang sedang menikmati ice cream yang baru saja dibelinya di kantin.

"Gue khawatir...".jawab Livia dengan nada melasnya.

"Khawatir kenapa deh lo?".kali ini Thalia mulai ikut berbicara.

"Paling ka Davin lagi".jawab Katya asal menebak yang dihadiahi oleh anggukan dari Livia.

"Kenapa sih dia? Gak selesai selesai deh urusan lo berdua".gerutu Thalia.

"Kalian itu gatau gimana khawatirnya gue pas tau dia gak ada kabar beberapa hari ini".kata Livia mulai kesal kepada ketiga sahabatnya ini.

"Yaelah santai dong namanya kita gatau yagak guys?".Claura berbalik bertanya kepada Katya dan Thalia.

LIVIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang