AUTHOR POV
"Tharisyaa!!".teriak Davin membuat seisi kelas 12-5 itu ketakutan.
Dihari itu juga emosi Davin sudah membeludak. Ia ingin melampiaskan seluruh emosinya kepada Tarisya yang sangat tega sekali melukai gadis yang disayanginya. Ia tidak ingin apapun yang terjadi kepada Livia. Perempuan yang mulai disukai oleh Davin.
Seisi kelas mulai ketakutan dan menunduk saat mengetahui Davin membanting pintu kelas itu dengan kuat. Tarisya yang dipanggil oleh Davin mulai mendekat dan menatap Davin penuh tanya.
Kini Tarisya dan Davin saling bertatapan serta berdekatan. Mata Davin terlihat begitu merah akibat amarahnya begitu meningkat saat melihat Tarisya kini telah berdekatan dengannya.
"Kenapa lo nyakiti Livia?!".bentak Davin membuat seisi kelas terkejut berkat teriakannya.
Tarisya sempat terkejut atas teriakan Davin membuatnya berkeringat dingin. Tarisya begitu takut saat menatap mata merah penuh amarah milik Davin. Kini Tarisya tak dapat berkutik meskipun sidekicknya berada di sampingnya saat ini.
"Gu-gue.."."JAWAB!".potong Davin membuat Tarisya semakin ketakutan.
"Gue nyelakain Livia karena..".jawab Tarisya terbata bata.
"JAWAB!!".kata Davin lagi.
Meskipun Davin saat ini sedang menahan emosi akan tetapi ketampanannya tidak akan hilang. Dari sudut matanya yang sedang menahan emosi itulah ada tanda tanda kepedulian Davin terhadap seorang cewe yang begitu disayanginya.
Davin yang terkenal cuek kepada semua wanita, kini telah memperlihatkan betapa pedulinya ia kepada seorang perempuan. Beginilah sikap Davin jika ada seseorang yang menyakiti orang yang disayangi olehnya.
"Vin lo harus tau gue ngelakuin ini semua karena gue sayang sama elo".omongan Tarisya membuat Davin semakin emosi.
"Kalau lo sayang sama gue lo gak akan pernah ngelakuin ini semua".Davin.
"Lo gak pernah tau seberapa sayang gue ke lo. Lo itu gak pernah peka, lo harus tau kalau gue sayang sama lo itu dari lama banget. Tapi sampai saat ini banyak yang halangi gue. Lo itu gak pernah tau gimana rasanya jadi gue nahan perasaan dari lama banget".desak Tarisya dengan derai air matanya yang sudah mengalir.
Davin tau banyak yang menyukai apalagi menyayangi dirinya, akan tetapi sangat berat untuknya jika menyayangi seseorang yang memang belum membuat hati Davin luluh.
Hanya Livia lah orang pertama yang bisa membuat hatinya terbuka. Livia orang yang bisa membuat ia semakin semangat. Davin yang dulu bukanlah Davin yang sekarang. Semua ini karena Livia. Livia orang yang telah merubah segalanya, merubah sifat cuek Davin. Merubah semuanya tentang Davin.
Ia tidak ingin membenci Livia sama dengan cewe lain seperti dahulu. Di dalam hatinya yang terdalam, ia tidak mau menyia nyiakan kesempatan untuk menyayangi Livia karena ia takut kehilangan Livia.
"Sorry gue gak bisa menyayangi elo sama seperti lo menyayangi gue. Hati gue udah jadi milik Livia".sahut Davin.
Hati Tarisya semakin tertusuk begitu mendengar bahwa Davin menolak cintanya. Cinta yang dari dulu disimpannya dalam dalam. Kali ini ia harus bisa menerima semuanya dari bibir Davin. Menerima bahwa ia tidak akan bisa menjadi pasangan Davin.
"Ta-tapi.. gue sayang elo vin..".rintih Tarisya.
"Stop drama lo sya. Gue tau dibalik ini semua lo pasti nyimpen rahasia, rahasia buat menyakiti Livia. Maaf sya, lo gak akan bisa nyakiti Livia karena gue bakal selalu ada di sampingnya".sahut Davin penuh amarah.
"Baik.. kalau lo gak percaya. Gue bakal terima, tapi asal lo tau aja gue yakini kalau lo nyesel nolak gue vin meskipun entah bagaimana cara agar lo nyesel. Gue bakal ikhlasin lo kok".ujar Tarisya sambil menangis tersedu sedu.
Davin memilih tidak mendengarkan omongan Tarisya lagi, ia lebih memilih meninggalkan Tarisya dan segera pergi ke RS dimana Livia dirawat.
Davin langsung membuka pintu ruangan RS Livia. Disana Livia sedang terbaring dengan iphone ditangannya. Memang Livia sudah sadar sejak kemarin, dan dokter sudah memperbolehkannya untuk pulang.
"Udah makan?".sahut Davin begitu menutup pintu ruangan itu. Livia pun menoleh ke sumber suara.
"Eh ka Davin. Loh kok cepet banget pulangnya, bukannya lo ada basket kan?".tanya Livia lalu meletakkan iphonenya di atas tempat tidurnya yang memang disediakan sebuah meja kecil yang panjang.
Semenjak hari itu juga, Davin dan Livia sudah tidak seperti 3 hari sebelumnya. Hari dimana mereka berdua saling berjauhan. Davin yang menyadari hal itu selalu mengisi hari harinya dengan mendatangkan Livia ke RS agar bisa menemani Livia seorang.
Davin pun segera menarik kursi dan duduk di sebelah Livia. "Gue lebih milih lo daripada basket".ujar Davin lalu tersenyum penuh arti.
"Ahaha.. ka gue mau pulang".pinta Livia.
Davin hanya tersenyum menatap Livia. "Okey lo boleh pulang kalau lo udah pulih".sahut Davin.
"Gue udah pulih kali ka. Pokoknya gue mau pulangg!!".teriak Livia dengan nada seperti anak kecil.
"Baik baik lo boleh pulang. Sebentar ya gue panggil dokter dulu".pamit Davin kemudian pergi meninggalkan Livia untuk memanggil dokter.
.
Hari ini Livia sudah diperbolehkan dokter untuk pulang karena keadaan Livia sudah bisa dijamin. Berkat Davinlah Livia diperbolehkan pulang karena dokter memberi kepercayaan terhadap dirinya.
Davin segera membawa Livia pulang. Saat di perjalanan, mereka sama sekali tidak ada yang membuka obrolan baik Livia maupun Davin. Mereka berdua lebih memilih dalam diam.
Livia juga sempat tertidur saat Davin membawanya pulang karena hari sudah larut malam.
"Vi.. bangun!".sahut Davin membangunkan Livia sesaat mobilnya telah sampai di depan rumah mbo iyem.
Livia mulai membuka matanya. Kini matanya berkedip kedib akibat cahaya yang menyilaukan matanya. "Kita udah sampai ya?".tanya Livia sekali lagi.
"Iyaa..".jawab Davin.
Livia pun segera duduk di kursi mobil itu karena kursi mobil Davin dibentuk menjadi kursi tidur untuk Livia. Davin segera membetulkan kembali kursi tersebut lalu ia turun dari mobilnya. Davin pun membukakan pintu untuk Livia dan tak lupa ia menggendong Livia untuk masuk ke dalam.
Livia sempat menahan Davin untuk menggendongnya namun, Davin tetap saja memaksa karena ia takut Livia belum kuat untuk berjalan karena kondisi kakinya yang masih lemah. Soal luka yang berada di tangan dan kedua pipinya telah menghilang dan sedikit samar samar jika dilihat secara berdekatan. Kini wajah Livia sudah terlihat seperti semula.
Davin meletakkan Livia di kamar tidur mbo iyem. Mbo iyem yang memang sudah mengetahui kedatangan Livia, langsung menyuruh Livia untuk beristirahat. Setelah itu Davin memilih untuk pulang karena takut ia pulang sangat malam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVIA ✔
Novela JuvenilDi hari pertama MOS, Livia harus dihadapi dengan berbagai macam peraturan yang mempertemukannya kepada seorang laki laki yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Davin. Laki laki popular yang diidam idamkan para kaum wanita itu berhasil menggemparkan...