LS 18 : Reno Ara

3 1 0
                                    

Happy Reading!

Cianjur, 1 Juli 2021.

Sebulir air mata menetes tepat saat seorang gadis mengecup singkat batu nisan dihadapannya. Lalu gadis itu menjauhkan tubuhnya. Dedanya masih saja sesak saat melihat nama calon tunangannya tertulis rapi dibatu nisan itu.

Feardifas Gepolon Guleya
Bin
Pramudya Radit Guleya
Lahir : 02 Oktober 2002
Wafat : 1 Juli 2021

Gadis itu Ara.

Ara kembali terisak pelan sambil memukuli dadanya yang terasa sesak. Bayang bayang kebersamaannya bersama Ardi terus terputar jelas dikepala Ara, bak sebuah film dengan ending tragis.

"Ikhlasin Ra, biar Ardi tenang disana."

Ara memejamkan matanya erat saat mendengar kalimat itu terlontar dari mulut salah satu teman Ardi yang ikut menghadiri pemakaman.

Ara lelah mendengar kalimat seperti itu. Memang terdengar mudah jika diucapan. Tapi tidak untuk dilakukan oleh Ara. Ara akan ikhlas, pasti. Tapi belum untuk sekarang. Bagaimana bisa, ia ditinggalkan kekasihnya, tanpa diberi firasat buruk apapun, laki laki yang sudah bersamanya sejak kecil. Orang yang ia cintai. Separuh hidupnya didunia ini ia lalui bersama laki laki itu. Tidak semudah itu mengikhlaskan. Tidak.

"Kak jangan terlalu berlarut dalam kesedihan." Ucapan Arda terdengar ditelinga Ara. Gadis itu berdiri dihadapan Arda.

"Lo nggak tau yang gue rasain! Setengah dunia gue nggak ada! Gue nggak bakal sehacur ini kalau gue putus dari Ardi, seenggaknya gue masih bisa lihat dia dari jauh. Tapi apa? Tuhan ambil dia dari gue!? Hiks.. gue..gue butuh waktu untuk mencerna semua ini. Gue butuh waktu buat...buat ikhlasin Ardi..hiks.." teriak Ara dihadapan Arda, lalu berlari meninggalkan Arda dan teman teman Ardi yang masih disana.

Ara berlari secepat yang ia bisa. Tepat sekali. Awan yang tadinya begitu cerah, sekarang perlahan menjatuhkan bulir hujan dengan perlahan.

"ARGHHH!" Tubuh Ara luruh dibawah guyuran air hujan. Sudah tak ada lagi isak tangisnya. Ia hanya memeluk dirinya sendiri sambil menatap kosong kearah depan.

"Bantu aku buat ikhlasin kamu Di. Aku mohon!" Lirihnya dengan bibir bergetar menahan dingin.

Ara tersentak kaget, saat ada sebuah tangan kekar menarik tangannya menuju halte yang berada dekat dari sana.

"Lo bodoh atau gimana sih?! Ada halte buat neduh palah hujan hujanan!" Omel laki laki yang menarik Ara berteduh.

Ara mentap nyalang laki laki itu, sok kenal sekali?

"Dasar sksd." Cibir Ara pelan, sambil mengalihkan tatapannya kearah lain.

"Heh? Gue dikacangin?"

"Apa sih sok kenal banget!" Decak Ara mentap laki laki itu tajam.

Laki laki itu mentap lurus air hujan yang mengguyur jalanan, tidak membalas tatapan Ara. "Semua orang pernah ngerasain kehilangan, gue.. dan lo juga. Tapi nggak seharusnya lo berlarut dalam kesedihan kayak gini." Ucap laki laki itu.

"Gue tau apa yang lo rasain, gue pernah ngarasain. Dua orang sekaligus, Ayah dan Bunda gue. Tapi gue sadar harus tetap ngelanjutin hidup gue kan? Dan lo juga, lo harus lanjutin hidup lo. Buka lembaran baru, yang mungkin akan lebih indah dari ini. Tangisan lo bakal sia sia, karna dia nggak akan balik lagi. Lebih baik lo doain dia biar tenang disana." Lanjut laki laki itu, lalu berdiri dari duduknya.

Ia menatap Ara yang masih menatapnya lekat. Laki laki itu melepas jaketnya, menyampirkannya dipundak Ara, membuat gadis itu tersentak.

"Pake! Kemeja lo tembus." Ucap laki laki itu, lalu berlari menerobos hujan yang yang sedikit reda.

21 Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang