LS 8 : Gata Fia

13 3 0
                                    


Happy Reading!

Bandung, 21 Mei 2021.

"Ngeselin banget si Gata, pake acara bolos 2 hari. Gue kan yang kena omel wali kelas. Lagian kenapa gue yang kena omel sih! Yang boloskan si dugong!" Gerutu seorang gadis diatas motor maticnya. Tak meperdulikan tatapan aneh pengendara lain. Ia masih kesal dengan satu sahabatnya itu. Bisa bisanya ia bolos dan tidak ada kabar sama sekali.

"Pak, bukain!" Teriak gadis itu didepan gerbang yang menjulang tinggi.

"Eh neng Fia, siap neng!"

Gadis itu adalah Fia. Gefia Arunika Hapsari. Ia melepas helm dari kepalanya, meperlihatkan rambut panjangnya yang sedikit bergelombang.

Ia turun dari motor, melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumah mewah itu.

"Langsung masuk aja neng, bapak sama Ibu lagi pergi. Den Gata didalem!" Teriak Pak satpam pada Fia.

Gadis itu mengangguk, lalu membuka pintu rumah itu. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah mewah itu. Sepi.

"GATA! KELUAR LO!" Teriaknya berdiri diujung tangga, sambil mendongak menatap lantai atas. Lama tak mendapat sahutan. Fia segera naik kelantai atas, mengetuk pintu kamar bercat putih itu.

"Gat! Lo didelam kan?"

Fia berdecak saat tak mendapat jawaban sama sekali dari si empunya kamar. Ia diam sesaat, lalu mencoba memegang kenop pintu kamar itu. Tidak dikunci.

Cklek.

Setelah pintu terbuka perlahan, objek yang ia lihat pertama kali adalah, seorang laki laki yang meringkuk diatas tempat tidur.

Gata. Algata Kukela Wiraharja

"Gat lo kenapa bolos sih?" Tanya Fia, melangkahkan kakinya mendekat kearah tempat ridur Gata. "Gata ih!" Fia menepuk pipi Gata, karna laki laki itu tetap memejamkan matanya. Satu yang ia rasakan. Panas.

"Lo sakit?" Fia menempelkan punggung tangan ke kening Gata. Dan benar saja suhu tubuh laki laki tinggi.

"Melek dulu Gat, gue tau lo nggak tidur!" Pinta Fia duduk disisi ranjang. Menghadap Gata.

"Apa yang sakit?" Tanya Fia lembut, saat melihat Gata mulai membuka matanya.

"Demam sama sedikit pusing!" Jawab Gata dengan suara serak.

"Bentar." Ucap Fia beranjak dari duduknya. Lalu membenarkan selimut Gata, menariknya hingga sebatas dada laki laki itu.

Lalu melenggang keluar kamar, berjalan menuju dapur. Ia akan membuatkan laki laki itu bubur dan menyiapakan obat demam. Ia yakin Gata belum makan, dilihat dari rumah yang tampak sepi, pasti tidak ada yang merawatnya. Untung Fia berinisiatif datang, kalau tidak entah apa yang akan terjadi pada laki laki itu.

Setelah selesai membuatkan bubur untuk Gata, Fia kembali kekamar laki laki itu. Dilihatnya Gata sedang tidur sambil memunggunginya.

"Gata makan dulu terus minum obat!" Suruh Fia sambil meletakan nampanya diatas nakas.

"Nggak mau! Gue nggak laper!" Jawab Gata tanpa menoleh kearah Fia.

"Cepet! Nggak usah buat gue emosi!" Ucap Fia tegas, tatapannya mulai tajam.

"GUE BILANG, GUE NGGAK MAU!" Tolak Gata menaikan nada bicaranya.

Nafas Fia memburu mendengar itu. Ia benci dibantah. Ia benci ada yang berteriak padanya. Sangat benci. Gadis itu menatap pisau buah yang ada dinakas, meraihnya dengan cepat. Lalu menggenggamnya dengan erat.

21 Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang