#20

5.6K 376 45
                                    

"Ian, jangan lupa ya pulang nanti ada latihan ekskul buat lomba" ucap Araz yang duduk bersebelahan dengan Ian.

"Emangnya aku kena pilih?"

"Senior bilang setiap anggota di seleksi"

"Oke nanti aku ikut" jawab Ian mengacungkan jempolnya di depan wajah Araz.

"Heh, lu jangan lupa minta ijin dulu sama si supir, nanti malah nerobos masuk ruangan ekskul terus maksa lu pulang kayak waktu itu" kembali Araz mengingatkan Ian tentang kejadian saat itu.

Raut wajah Ian seketika sedikit jengkel jika mengingat saat Aldi menarik paksanya untuk pulang seperti membabi buta.

"Nanti aku telepon kalau udah pulang sekolah aja"

"Jangan lupa" ingatkannya lagi.

"Iya iya" jawab Ian dengan malas, kenapa harus menelepon Aldi kalau ada Tama dan Roan?

.
.
.
.
.

"Halo Tama Hyung? Hari ini Ian ada seleksi buat lomba, mungkin Ian bakal pulang telat. Tolong kasih tau ke Aldi Hyung juga ya?"

"..."

"Pulangnya dianter Araz kok"

"..."

"Iya hyung, makasih..."

Tut...

"Dibolehin?" Araz langsung saja menyambar dengan pertanyaan setelah Ian menutup teleponnya.

"Iya dong. Ayo!"

Entah akan sampai jam berapa seleksinya akan selesai, tapi yang pasti untuk sementara waktu Ian bisa berada di luar lebih lama.

"Raz, selesai ini nanti cari makan di luar yok?"

"Yok"

Sesekali Ian ingin merasakan pergi mencari makan bersama teman dan bermain hingga larut malam, sepertinya itu hal wajar yang dilakukan anak muda.

"Ayo kumpul sini! Tas sama ponsel titip ke Raran Nuna ya"

Latihan ekskul kali ini mungkin bisa tenang sedikit, itu pikiran Ian. Lagi pun, Ian sudah mendapat izin Tama dan sedikit menitip pesannya untuk Aldi.

Drtttt drttt drttt

"Ini ponsel siapa ya? Dari tadi getar terus loh" senior bernama Raran mengangkat keatas ponsel berwarna hitam milik Ian.

"Ian, itu ponsel lu kan?" jari telunjuk Araz menunjuk pada ponsel yang tengah diacungkan ke atas dan menarik perhatian banyak mata.

Cepat saja, Ian langsung mengakui bahwa itu ponsel miliknya daripada menarik banyak perhatian anggota lainnya yang tengah pemanasan.

Tertera kontak dengan nama 'Penjajah' sedang meneleponnya saat itu juga.

"Aldi Hyung? Baru beberapa menit mulai udah nelepon aja"

"Rani Nuna, Ian izin keluar mau angkat telepon dulu ya?" ucap Ian meminta izin pada salah satu senior yang tengah melatih pemanasan.

"Iya silahkan"

Ian terus saja menggerutu selama berjalan menjauh dari tempat latihan karena Aldi tak henti menelepon nomor nomornya, terlebih lagi melihat foto profil Aldi yang sangat menjengkelkan.

"Halo Aldi Hyung"

-"Kenapa lama keluarnya?"-

"Gak dikasih tau sama Tama Hyung? Ian lagi ikut seleksi buat lomba"

-"Udah tapi Ian gak boleh ikut"-

"Kenapa?! Ian juga bisa kok pulang bareng Araz"

-"Pulang atau hyung masuk kesana, geret lu sampai nangis?"

Tanpa menjawab pertanyaan Aldi, Ian langsung mematikan sambungan telepon secara kasar. Ian merasa tidak enak pada senior dan semua anggota karena harus pulang lebih cepat bahkan tidak bisa mengikuti seleksinya.

.
.
.
.
.

Aldi yang berkacak pinggang sudah berdiri menunggu di depan mobil dengan senyuman menunjukkan deretan gigi putih hasil perawatan.

"Mukanya jangan ditekuk gitu" ucap Aldi setelah melihat Ian melewati gerbang sekolah dengan wajah yang begitu muram.

"Denger gak?"

"Gak" jawab Ian dengan judes.

"Kalau jawab berarti denger"

"Sekali aja, Aldi Hyung gak usah ngacau urusannya Ian"

"Yang tadi?" tanya Aldi dengan tangan memasukkan bungkus rokok di dalam saku bajunya.

"Bukan"

"Terus yang mana?"

"Ya iyalah yang tadi"

"Katanya bukan"

"Kenapa hyung gak pernah peka sih?! Ian capek harus gini terus" keluh Ian.

"Peka kok, Ian suka sama gue kan?"

"Sebaliknya"

"Kalau sebaliknya, berarti..." beberapa detik wajah Aldi terlihat begitu serius memikirkan ucapan Ian yang sedang menunggu jawabannya.

"Semoga aja ngerti" ucap batin Ian berharap.

"Hmm berarti hyung suka Ian. Kalau itu udah pasti jelaskan? Hehehe" kekeh Aldi diakhir kalimatnya, yang sama sekali tidak mengerti arti sebaliknya dari ucapan Ian.

"Percuma Ian...percuma dijelasin ke jenis orang begini gak bakal ngerti, mau sampai monyet bertelur pun dia gak bakal ngerti"

"Ian mau jajan?"

"Terserah"

"Yaudah, gimana kalau seblak sama boba?"

"Terserah"

"Kayak yeoja aja jawabnya terserah"

"Jha lawak" jawab Ian dengan senyuman tipis yang terlihat sekilas oleh Aldi.










To Be Continued
Terima kasih sudah mampir...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] 3 Top 1 Bottom [SlowUpdate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang