#15

7.3K 560 36
                                    

Hari Minggu, jam 08.25

Rumah nampak begitu sepi, Roan dan Tama pergi karena urusan mendadak, sementara Aldi seperti biasanya hanya bersantai di dalam kamar.

"Duduk aja dulu Raz, aku mau ambilin minuman sama cemilannya. Anggep aja rumah sendiri" ucap Ian yang mempersilahkan Araz untuk duduk di salah satu sofa.

"Oke I, kalau perlu cemilannya yang banyak ya hehehe biar gue betah disini"

"Rakus tapi iya deh"

Itu alasan kenapa Ian lebih senang berteman dengan Araz ketimbang anak-anak lainnya. Karena Araz adalah tipe orang yang apa adanya dan selalu terbuka pada Ian, tanpa menutupi rahasia.

Sudah beberapa menit Ian pergi meninggalkan Araz sendirian di ruang tamu. Matanya melihat lihat sekitar ruangan dan membuka lembaran buku catatan Ian yang terlihat rapih dari pada miliknya sendiri.

"Eit...anak siapa nih?" melihat seseorang tengah menduduki sofa kesukaannya, Aldi segera menuruni anak tangga dan menghampiri Araz yang tengah menatapnya dari jarak yang tidak terlalu jauh.

"Anaknya Pak RT, sekaligus temennya Ian" jawab Araz yang masih terus membuka buku catatan Ian.

"Disini kamu mau ngapain?"

"Kerja kelompok bareng Ian. Kalau gak salah...hyung supir pribadinya Ian kan?"

"Supir pribadi?! Kamu gak tau siapa gue? Terlalu banget" kaget Aldi. Baru kali ini ada seorang bocah yang menyebutnya dengan supir.

"Tau"

"Siapa?"

"Supir pribadinya Ian. Terkadang setiap berangkat atau pulang sekolah, gue selalu liat Ian dijemput hyung pake mobil hitam"

"Salah!"

"Terus?"

Aldi langsung berjalan mendekat, langsung saja tangannya mencengkram kuat pundak Araz dan menatap mata Araz dengan tajam.

"Gue calon tunangannya Ian. Jadi bocah tengil model kamu gini gak coc-"

"Araz ini minumannya..."

Mendengar suara Ian, cepat-cepat Aldi langsung membenarkan kembali posisi tubuhnya.

"Ian? Apa bener orang ini tunangan lu?" celetuk Araz sembari menunjuk ke arah Aldi.

"Bukan! Kamu jangan percaya. Itu cuma bercandaan aja"

"Liat tuh liat, pipinya Ian jadi merah. Kan gue gak bohong" bangga Aldi.

"Aldi hyung! Sana masuk kamar, jangan ganggu. Kita mau ngerjain tugas sekolah" nada bicara Ian sedikit meninggi karena sudah terlalu kesal dengan tingkah Aldi.

"Yhahaha iya deh Ian, galak bener kalau ada orang"

"Dan buat lu, inget. Jangan pegang-pegang Ian sedikit pun" bisik Aldi.

"Ian, tadi dia bilang gue gak boleh pegang-pegang lu"

"Eih mulut ember!"

"Aldi Hyung, masuk sana ke kamar!"

"Anaknya Pak RT ternyata tengil parah" gerutu Aldi dalam batinnya, betapa kesalnya dengan sifat Araz.





"Akhirnya selesai semua..." lega Ian setelah menyelesaikan seluruh tugas kelompoknya.

"Aduh gue capek juga..." timpal Araz sembari merenggangkan jari-jarinya.

"Kamu capek makan aja"

"Capek liatin Ian" jawab Araz yang memang selagi Ian mengerjakan tugas, Araz selalu memperhatikannya.

"Aelahh"

"Eh? Mau langsung pulang?" sambung Ian, melihat Araz yang sudah berkemas dan bangkit berdiri dari duduknya.

"Iya, habisnya gue ada janji sama orang lain. Gue pulang dulu ya Ian" pamit Araz.

"Iya Raz, hati-hati pulangnya ya"

"Siap Ian, makasih ya cemilannya"

"Sama-sama Raz"

Baru saja Ian selesai mengantar Araz keluar, sudah terdapat Aldi yang menunggu di sofa dengan senyuman nakalnya.

"Kenapa senyum-senyum?"


















To Be Continued
Senyum-senyum sendiri tandanya anda kurang waras.

To Be ContinuedSenyum-senyum sendiri tandanya anda kurang waras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] 3 Top 1 Bottom [SlowUpdate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang