#4

18.8K 899 61
                                    


Ian masih tak percaya apa yang dilakukan oleh Tama padanya.

Tama malah semakin gusar, lidahnya mencoba untuk menerobos masuk ke dalam mulut Ian yang terus menolaknya.

"Enak banget nyium bibir yang masih suci" batin Tama.

Celah pun terbuka, berpasrah Ian membiarkan lidah Tama bermain didalam.

"Anak pintar" ujar Tama.

Tidak ada 1 menit lidah Tama bermain didalam mulut Ian,

Grekh!

"Akhhh!!!"

"Pweh rasain. Ini karma kalau main-main sama Ian" Ian melepaskan gigitannya dan mengusap mulutnya karena lelehan saliva dari Tama.

"Hsttt ahh, hati-hati nanti malem bakal gue buat lu mendesah" senyum smirk yang menakutkan tertuju untuk Ian yang tengah menatap tajam pada Tama.





Ding...dong

"Pas didalam nanti anggep aja rumah sendiri" ucap Tama yang hanya dibalas tatapan dari Ian.

Crek!

"Woah, ternyata Tama hyung. Eh?! Itu anak siapa?" tanya seorang namja yang tadi membuka pintu.

"Ini Ian, pembantu pri~badi kita" tatapan mata Tama pada Ian seketika berubah seperti singa yang siap menyantap mangsanya.

"Woah, imut ya. Ayo sini masuk Ian, silahkan" namja tadi langsung sigap membawakan koper juga tas Ian.

Sementara Tama diluar dan tak mendapat bantuan sama sekali.

Rasa takjub terpancar pada wajah Ian. Bagaimana tidak takjub? Rumah megah, berkelas, dan bersih. Ian merasa ragu untuk masuk ke dalam bahkan sangat ragu untuk menyentuh barang-barang berharga milik mereka.

"Duduk duduk, pasti capek ya hmm?" tanya namja tadi sambil mempersilahkan Ian duduk.

"Gue Roan"

Roan NarayaUmur 17 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roan Naraya
Umur 17 tahun

"Ian" Ian sedikit membungkukkan badannya.

"Panggil Roan Hyung aja. Gue lebih suka" senyum manis bagaikan kucing namun memiliki makna tertentu tertuju pada Ian.

"Hyung ini baik, senyumnya manis Ian lebih suka hyung ini ketimbang yang satu laginya" ucap Ian dalam batinnya ,sambil melirik kearah Tama yang sedang berjalan.

"Iya hyung" tentu saja Ian membalas senyuman manis dari Roan.


Next
Jam 18.08 di kamar khusus Ian

Kamar mereka terletak di lantai dua. Tiga kamar berurutan, kecuali kamar untuk Ian berada berseberangan.

"Ian..." tiba-tiba saja Tama sudah ada didepan pintu kamar Ian.

"Kalau masuk nanti Ian panggil Roan Hyung"

"Roan? Inget ini ya, lu jangan terlalu dekat sama Roan. Dia cuma pura-pura baik, jadi jangan kegoda. Yaudah, gue mau istirahat" setelah berbicara dan tanpa jawaban ataupun pertanyaan dari Ian, Tama langsung beranjak pergi ke kamarnya.

"Hish, apa maksudnya? Gak ngerti. Bilang aja iri" gerutu Ian saat berjalan ingin menutup pintu kamarnya.

Tapi seseorang datang ke kamarnya.

"Ian...hyung boleh tidur disini? Hyung gak bisa tidur. Please boleh ya" Roan yang sedang berdiri di depan pintu Ian yang sudah memakai piyama dan membawa sebuah boneka kucing.

"Gak" ucap Ian singkat.

"Boleh ya" wajah manis Roan dan puppy eye-nya membuat luluh hati Ian yang tadi mengeras padanya.

"Yaudah iya" raut sedih Roan langsung berubah menjadi riang dan semangat.

"Makasih Ian..." ucap Roan sambil memeluk Ian dengan erat didalam dekapannya.

.
.
.
.
.

"Kenapa kamar sebelah kanan hyung Roan, kosong? Itu gudang ya?" ucap Ian yang merasa penasaran.

"Owh itu ada yang tempatin, tapi dia suka pulang malem" jelas Roan yang terus membaca novelnya.

"Gitu ya. Hmmm hyung, Ian tidur duluan ya" tangan mungil Ian mengucek matanya dengan pelan.

Tanpa basa basi lagi, Ian langsung tidur karena tak bisa menahan rasa kantuknya.

5 menit kemudian


8 menit kemudian


15 menit kemudian


17 menit kemudian, mata Roan diam diam melirik ke arah Ian. Entah apa yang dirasakan Roan sekarang, rasanya sangat berbeda.

"Masih kecil begini kerja di rumah segede gaban? Tama Hyung emang gak ada rasa manusiawi" batin Roan.

Novel ditangan Roan kini telah berpindah tempat diatas meja kecil. Secara spontan, tangan Roan mengusap pipi Ian.

"Hahaha mirip buntelan jelly yang dikasih nyawa" batin Roan terus berbicara.

Tanpa ragu lagi, Roan merendahkan posisinya dan mendekatkan bibirnya pada kening Ian.

Cup♡♡♡

Satu ciuman ringan dari Roan mendarat di kening Ian.

"Good night Ian"

Roan pergi dari kamar Ian dan berusaha untuk tidur di kamarnya sendiri.




Jam 02.27 malam di kamar Ian

"Hoamm" Ian terbangun dari tidurnya, melirik kearah orang yang disebelahnya tapi sudah tidak ada.

"Hmm?" tapi Ian tak mempedulikan hal itu karena Ian hanya memerlukan segelas air untuk diminum.

Langkah kecil Ian menuntunnya menuruni anak tangga dan mengarah ke arah dapur.

.
.
.

"Hwa akhirnya lega juga" ujar Ian pada dirinya sendiri.

Setelah memberaskan bekas minumnya, Ian langsung pergi kembali ke kamarnya. Tapi~eh tapi.....

Saat Ian melewati ruang tengah yang gelap, Ian mendengar suara aneh. Iya aneh.

Ian pov

Bunyi apaan ya? Ian penasaran, jadi harus tau itu bunyi apa dong, mungkin aja ada maling masuk ke dalem rumah.

"Ah daddy it's so hard" suara yeoja yang entah sedang apa, Ian aja gak bisa liat karena gelap.

"Enak'kan by" sekarang suara namja?

Apa-apaan nih? Dua orang maling? Yeoja dan namja.

"Malingnya harus Ian tangkep nih biar dapet bonus gaji" batin Ian.

Tanpa berpikir keras lagi, Ian langsung menyalakan tombol lampu ruang tengah yang tepat berada di dekatnya.












To Be Continued

[BL] 3 Top 1 Bottom [SlowUpdate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang