#13

7.9K 541 18
                                    

Sudah seminggu berlalu setelah Tama dan Aldi pergi ke rumah eomma Ian, dan menerima izin dari eomma Ian walau yang terlihat dari raut wajahnya merasa berat hati selama 3 tahun ia tidak akan melihat anak bungsunya itu.

Juga Ian sudah tidak bekerja sebagai pembantu di rumah mereka dan di gantikan oleh dua pembantu baru mereka. Panggilan Ian untuk mereka pun berubah menjadi 'hyung' tidak tuan lagi.

Bisa dikatakan Ian sebagai orang yang beruntung, bisa dibiayai sekolahnya, tinggal dirumah mewah dan di kelilingi 3 penerus perusahaan terkenal di kota tersebut.

Rasanya sangat sempurna bukan? Tapi tidak untuk Ian. Baginya, Aldi adalah seorang predator yang harus di hindari. Terlebih lagi di saat malam hari.

"Ah Roan hyung?" ucap Ian sedikit terkejut, ketika Roan baru saja masuk ke kamarnya dan menepuk pelan pundak Ian yang tertutup kain piyama.

"Gimana hari pertama sekolahnya?"

"Lumayan baik, hyung. Ian seneng dapet banyak temen baru juga"

"Apa Ian ada keperluan lagi yang harus dibeli?"

"Hm gak ada deh kayanya" geleng Ian.

"Kalau ada keperluan, Ian bilang aja. Terus ini udah jam 9 malem, Ian harus tidur. Jangan sampai besok pagi bangunnya telat"

"Iya hyung"

"Kalau gitu, hyung pergi ya. Good night Ian" satu kecupan lembut tepat mendarat di kening Ian.

"G-good night too Roan hyung" jawab Ian sedikit tergagap setelah Roan mencium keningnya seperti adegan romantis dalam drakor-drakor yang pernah ditontonnya.

Sudah 10 menit Ian menyiapkan semua peralatan sekolah yang harus dibawanya besok. Tinggal satu hal lagi dan Ian bisa tidur.

"Baby Ian belum tidur?" suara predator malam yang masuk ke gendang telinganya membuat Ian malas merespon.

"By?" panggil Aldi lagi dengan sedikit mendesah.

"Aldi hyung ngapain dikamar Ian!?"

"Mau main sama calon istri, gak boleh?"

"Calon istri apaan? Keluar sana, jangan ganggu. Ian mau tidur"

"Sekali aja by, dad bakalan main halus"

"Ian bukan calon istrinya Aldi hyung. Ian bukan babynya Aldi hyung. Aldi hyung bisanya gangguin Ian terus, mainin Ian terus"

"Jadi selama ini Ian mau hubungan beneran?" langsung saja jempol Aldi mengusap lembut bibir plum Ian yang merah merekah.

"Bu-bukan gitu..." untuk yang kedua kalinya bicara Ian lagi-lagi seperti orang gagap.

"Bukan gitu gimana by? Rasanya junior punya dad mau perkosa baby Ian sampai gak bisa jalan seminggu"

"Gak waras! Keluar! Jangan ganggu Ian"

"Nyuruh keluar tapi sebenernya mau kan? Badan by kaya ngode minta disentuh sama dad"

Tangan nakal Aldi mulai menggerayangi lengan kanan Ian dengan tatapan penuh nafsunya.
Aldi terus memainkan bibirnya sendiri, mencoba memberikan tanda pada Ian kalau dirinya memang sudah tidak tahan lagi.

"Hih!" Ian berjalan keluar dari kamarnya, menghentak keras kakinya ke lantai dan meninggalkan Aldi yang masih di dalam kamar.

Ian terus berjalan ke arah kamar milik Aldi, mengunci pintunya dari dalam dan mencoba tidur disana. Ian sudah tidak peduli lagi kamar siapa yang tengah di tempatinya. Yang terpenting malam itu juga, Ian bisa istirahat dengan tenang.

"Ahhh istri gue makin hari makin manis aja"














To Be Continued...

[BL] 3 Top 1 Bottom [SlowUpdate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang