#10

10.4K 604 8
                                    


"Uhm sttt" desis Ian sembari mengelus bagian belakang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Holenya juga terasa panas bercampur sedikit perih di persekitarannya.

"Ian? Jangan banyak bergerak dulu, lebih baik Ian istirahat aja dulu" usul Roan dan menahan tubuh Ian yang hendak duduk.

"Hah? Kenapa gitu? Ian sehat-sehat aja kok" Ian menyentuh keningnya dan lehernya secara bergantian.

"Pokoknya lu jangan banyak gerak, nanti kita cari pembantu lagi buat gantiin sementara waktu" Tama meraih gadgetnya yang berada di atas nakas dan menekan nomor telepon seseorang.

"Ini kenapa sebenernya? Ian gak apa-apa padahal" tanya Ian dengan raut wajah yang sangat bingung.

Kejadian kemarin yang menimpanya, Ian benar-benar sangat tidak sadarkan diri. Sampai-sampai, Ian lupa dengan hal apa saja yang dia lakukan kemarin sebelum kejadian.

"Udah Ian diem aja, nurutin aja apa kata kita" jawab Roan yang kini sedang berjongkok di pinggir kasur sembari mengelus-ngelus tangan Ian.

"Bentar gue mau nelpon dulu" ucap Tama yang melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon.

"Roan hyung?" panggil Ian.

"Iya, kenapa?" respon Roan menatap Ian dengan mata sayu menahan kantuknya.

"Hyung ngantuk?"

"Gak kok I"

"Kalau ngantuk sini tidur di sebelah Ian" tangan mungil Ian sedikit menepuk-nepuk kasur di sebelahnya yang masih lapang.

"Gak usah, Ian tidur aja. Hyung punya kamar sendiri" jawab Roan yang masih mengelus tangan Ian.

"Seminggu lagi ya?" ucap Roan dengan sendu dalam hatinya.

________________________________________

"Kalian langsung aja kerjain tugas masing-masing yang udah saya beri tau"

"Iya tuan"

Tama langsung pergi meninggalkan kedua pembantu barunya yang sudah mulai mengerjakan tugasnya masing-masing.

Sangat susah menjadi orang yang harus mengurus segala masalah di rumah. Aldi hyung yang usianya lebih dewasa, sama sekali tidak seperti kayaknya seorang hyung buat Tama dan Roan.
Melainkan seperti dongsaeng yang butuh perhatian.

"Tama, tolong beliin roti buat hyung. Maukan?" pinta Aldi yang duduk di sofa dengan majalah dewasa di tangannya.

"Punya kaki, beli sendiri. Gue lagi sibuk"

"Hyung lagi males keluar. Nih uangnya, cepetan beliin"

"Ish!"

"Nah gitu dong jadi dongsaeng harus nurut sama hyungnya"

"Harus nurut sama hyungnya, gak salah ngomong?"

"Gak"

Jengkel, itu yang sekarang Tama rasakan ketika berdebat dengan Aldi.
Lebih baik turutin permintaan Aldi, dari pada emosi meluap meladeni ocehannya.

"Hehehe" kekeh Aldi merasa puas melihat dongsaengnya yang kesal.

"Satu lagi. Roan! Roan!"

Setelah beberapa menit tak ada jawaban, tiba-tiba Roan sudah ada di hadapan Aldi yang sedang membaca majalah.

"Apa?"

"Tolong beliin kopi buat hyung"

"Gak bisa, Roan lagi jaga Ian"

"Ada Tama kan? Dia lagi di dapur, nanti juga ke kamar Ian. Nih uangnya" Aldi memberikan beberapa lembar uang pada Roan.

"Bayarin uang bensin juga"

"Nih. Cepetan sana beli"

"Iye"

Aldi terdiam sampai akhirnya mulai bergerak setelah mendengar bunyi motor Roan mulai menjauh.

"Waktunya berak!-si!" batinnya.

Dengan langkah lebar dan terburu-buru. Aldi mengarah ke kamar Ian. Senyumnya menyeringai, mendapati Ian yang terbaring di atas kasur.

"Gue belum sempet nyicip bool Ian"

Pintu yang tadi terbuka lebar, sekarang di kunci oleh Aldi dari dalam. Sehingga hanya mereka berdua yang berada di dalam sana.

"Ian~sakitnya gimana? Udah sembuh?" tanya Aldi yang duduk di pinggiran kasur.

"Udah mendingan, tuan"

"Bagian mana yang sakit?"

"Kepala sama bagian bawah sini" Ian mengelus-elus pantatnya.

"Sini gue liat. Gini-gini juga gue ngerti tentang kesehatan. Kamu nungging, biar gue liat"

"Gak usah tuan, sebentar lagi juga sembuh"

"Ngebantah?"

"Bukannya gitu tuan, tapi Ian juga malu di liatin sama tuan"

"Malu? Bukannya tadi malem kamu yang paling binal minta di bobol ya?"

"Ian gak ngerti maksud, tuan"

"Gak ngerti? Sini biar gue ajarin kamu biar ngerti apa maksud omongan gue"

"Tuan mau ngapain? Tuan?! Stop! Ahhhhhk"

"Ini pelajaran buat kamu"

Tangan nakal Aldi meremas-remas junior milik Ian yang masih di dalam celana. Bibir Aldi juga terus mencium kasar dan melumat bibir plum Ian.

Badan Aldi yang lebih besar membuatnya kalah telak untuk menjauhkan Aldi yang sudah mulai dipenuhi napsunya.






Di lain tempat,

Baru saja, Roan sampai di lokasi dan berpapasan dengan Tama yang baru saja selesai membeli roti pesanan Aldi.

"Roan?"

"Hyung ngapain disini?"

"Aldi hyung suruh beliin roti. Lu ngapain disini?"

"Di suruh Aldi hyung beliin kopi"

"Ian siapa yang jaga?"

Roan mematung mendengar pertanyaan Tama, siapa yang menjaga Ian?

Mereka berdua di luar rumah,  semetara kedua pembantu mereka pasti sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Aldi yang luang, sudah pasti di kamar Ian untuk sekarang ini. Bukan untuk menjaga tapi menodai Ian.












Terima kasih bagi yang sudah memberi saran/kritik,,,jadi saya bisa memperbaiki lagi ^o^

Terima kasih bagi yang sudah memberi saran/kritik,,,jadi saya bisa memperbaiki lagi ^o^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] 3 Top 1 Bottom [SlowUpdate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang