Arjuna-nya Buaya

497 69 54
                                    

"Iya tau gue ganteng, tapi kenapa pada ngira gue rajanya ngardus? Coba liat Arsya dia yang sebenernya buaya dari para buaya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya tau gue ganteng, tapi kenapa pada ngira gue rajanya ngardus? Coba liat Arsya dia yang sebenernya buaya dari para buaya"

- Abidzar Rajendra -


➖ KKN ➖

Yang fana adalah waktu

Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

Sampai pada suatu hari

Kita lupa untuk apa

"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu.

Kita abadi.








Riuh tepuk tangan terdengar memenuhi ruang kelas 6 setelah Melin selesai membacakan puisi karya dari sastrawan negara yang terkenal. Hari ini jamnya Melin mengajar Bahasa Indonesia di kelas 6 dan kebetulan materinya adalah puisi. Di materi ini Melin ingin memperkenalkan sastra puisi milik sastrawan kebanggaan negara. Makanya Melin memilih membacakan salah satu puisi karya Bapak Sapardi Djoko Damono yang Melin rasa banyak pesan tersembunyi di dalamnya.

"Ada yang tau puisi yang Bu Melin baca judulnya apa?" tanya Melin kepada 22 murid yang berada di ruang kelas itu. Namun sayang, bukan jawaban yang Melin dengar tapi malah suara jangkrik. Ya artinya sepi ngga ada yang jawab.

"Ada yang tau? Mungkin Jundi tau jawabannya?" tanya Melin sekali lagi ke muridnya, tepatnya ke seorang anak laki-laki yang terkenal paling pintar. "Ayo Nafis Ajundi Syafi'i apa jawabannya"

"Abadi buk!!"

Seruan Jundi membuat Melin menunjukan senyum manisnya. "Maaf Jundi jawaban kamu salah"

Ajundi, si bocah yang menjawab pertanyaan dengan lantang tapi salah itu cuma bisa nyengir sama garuk-garuk kepalanya. Ya malulah Jundi, udah jawab keras salah pula eh diketawain satu kelas.

"Sudah, sudah. Jundi berani jawab itu artinya Jundi berani berpendapat. Sudah bagus itu. Dari pada diam kan? Salah benar ngga ada yang marahin kok" pembelaan dari Melin justru membuat bocah itu jumawa sembari menghadap ke arah teman-temannya sambil menepuk dada kirinya dengan senyum bangga di bibir.

"Jadi puisi yang Bu Melin bacakan tadi judulnya 'Yang Fana Adalah Waktu'. Salah satu puisi karya sastrawan terkenal negara kita, Bapak Sapardi Djoko Damono. Ada yang tau puisi itu diciptakan tahun berapa?"

"Tahun ini Bu!" seru seorang gadis yang duduk di kursi nomer dua dari depan.

Melin kembali terkekeh dengan jawaban ngasal siswi itu, "Salah Hasna. Puisi itu diciptakan tahun 1983"

"Lama banget bu! Berarti yang nyiptain puisi itu sudah tua dong? Se-embah saya" tanya siswa yang duduk di sebelah Jundi.

"Iya Iqbal, Bapak Sapardi Djoko Damono sudah menulis puisi sejak tahun 1958. Bahkan di masa senjanya beliau masih membuat karya-karya sastra yang begitu menakjubkan. Jadi sebagai anak bangsa kita patut untuk melestarikan karya beliau. Biar ngga dilupain gitu aja. Ada yang tau ngga kira-kira apa maksud dari puisi 'Yang Fana Adalah Waktu' ciptaan Bapak Sapardi?"

KKN | SKZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang