Dari Takdir Tak Terduga

382 42 91
                                    

"Kematian, pertemuan, perpisahan emang ngga bisa ditebak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kematian, pertemuan, perpisahan emang ngga bisa ditebak. Semua itu garis takdir ilahi, ngga usah dikejar apalagi ditunggu kalo udah waktunya pasti bakal datang sendiri kok bestie:)"

- Cahyono Gumelar, dosen nyetrik pasukan madhang punya -


➖ KKN ➖



Selasa pagi, hari yang ditunggu-tunggu pasukan madhang tiba. Hari ini salah satu proker mereka akan terlaksanakan. Namun sayang pagi ini semesta tak mendukung semua persiapan yang telah mereka susun jauh-jauh hari. Anggap saja ini kejutan, kayak hantu hepibesdey yang ditakutin abang ojol kalo tiba-tiba nongol.

Lalu apa yang menjadi kejutan Selasa pagi bagi pasukan madhang? Ceritanya begini, selepas sholat subuh berjamaah Ryan melarang semua anggotanya tidur daripada nanti kebablasan dan telat nyiapin acaranya Dila. Disaat pasukan madhang berkumpul, sayup-sayup mereka mendengar siaran toa gembreng masjid nyiarin berita orang meninggal, bukan nyiarin sandalnya pak rete hilang.

Sama seperti kebanyakan desa yang ada, Desa Bangun Asih masih menggunakan toa masjid untuk menyiarkan kabar kematian warganya. Dan pagi ini yang membuat mereka terkejut dari siaran itu, karena yang meninggal bapaknya Jundi alias Pak Suparman Not Superman apalagi Batman si juragan minyak no kaleng-kaleng.

Karena berita dadakan itu, Ryan mengusulkan rapat mengenai penundaan acara Dila. Pikir sang ketua, ngga enak kalau mereka ngadain acara sementara salah satu warga desanya berduka. Apalagi rumah Pak Parman ini ngga jauh dari balaidesa. Kan ngga lucu orang lagi berbelasungkawa yang di baldes malah cek sound sobat ambyar.

Bayangin pas ngelayat tamunya jadi bilang, “turut berduka ya atas tanda tresno mu wes pungkas....” kan jadi ngga nge-feel. Makanya buat menghormati sesama, Ryan mendiskusikan penundaan acara ini bersama ke 19 anggota asu(h)nya.

“Karena Pak Parman meninggal, gimana kalo acara kita dipending dulu? Kalau kita paksa ngga enak sama warga desa.” buka Ryan pada rapat dadakannya.

“Tapi persiapan kita gimana? Kalo yang ini mundur otomatis yang lain ikut mundur dong?” tanya Dila yang punya khajat acara.

“Dil liat sikon coba, masa mau ngadain acara di situasi kayak gini? Hormati dikitlah.” sahut Fiza dengan nada sengitnya.

“Selain itu, pastinya warga desa juga repot di pemakamannya Pak Parman. Tau sendiri Pak Parman orang tersohor disini, kalaupun kita ngadain acara sekarang ngga ada yang bakal dateng.” timpal Erin menyetujui Fiza.

“Tapi masalah konsumsi gimana? Kita udah terlanjur pesen. Kalau kita cancel rugi dp, kalau kita ambil mau buat apa konsumsi sebanyak itu?” ujar Juno diikuti anggukan dari anggota lain.

“Wes gini aja,” Ryan mencoba menyampaikan pendapat yang tiba-tiba muncul kayak bohlam di atas kepala. “Kita tunda acara Dila dengan pertimbangan menghormati warga desa sekaligus keluarga Pak Parman. Untuk pelaksanaan lanjutan kita reschedule nunggu suasana kondusif. Masalah konsumsi, kalian ambil aja nanti kita berikan buat layatannya Pak Parman.”

KKN | SKZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang