Kalo ada yang baca jangan lupa vote & comment yaa🦋
.
.
.
.
.
.Enjoy this story 🦋
"Ten!"
Ten menoleh saat namanya baru saja disebut. Ten menatap Doyoung yang berjalan pelan ke arahnya.
Doyoung duduk di depan Ten. Saat ini mereka berada di kantin fakultas untuk makan siang.
"Sendirian?" Tanya Doyoung yang diangguki oleh Ten.
"Tumben, kemana pacar posesif lo itu?"
"Doy jangan mulai deh, gue lagi males banget bahas tentang dia" ujar Ten lesu.
Doyoung terkekeh. Ia tau bagaimana tersiksanya Ten menjalani hubungan tersebut.
Ten sendiri tidak pernah menyangka jika harus terjebak di sebuah hubungan yang rumit. Bahkan hubungan Ten dengan pacarnya sudah bisa dikatakan toxic.
Jung Jaehyun, kekasih Ten yang super posesif dan juga egois. Ten rasanya ingin menyerah menghadapi kekasihnya itu, namun untuk lepas darinya juga sepertinya sangat mustahil.
"Sayang"
Ten dan Doyoung menatap Jaehyun yang baru saja datang sambil tersenyum lebar ke arah mereka berdua. Tepatnya tersenyum kepada Ten.
Jaehyun memeluk erat Ten bahkan sangat erat. Terlihat berlebihan? tapi itu memang kenyataan. Nyatanya segala sesuatu tentang Ten, Jaehyun selalu berlebihan.
Doyoung yang merasa menjadi nyamuk akhirnya pamit undur diri. Bagaimanapun ia masih waras untuk tidak mengganggu pasangan gila itu. Doyoung masih sayang nyawanya.
"How your day?" Tanya Jaehyun menatap lekat Ten. Jaehyun sudah melepaskan pelukannya dan berganti memeluk pinggang Ten posesif.
"Baik"
Pegangan tangan Jaehyun di pinggang Ten mengerat. Ten paham jika Jaehyun tidak puas dengan jawabannya barusan.
"Baik Jae, tadi dosen muji presentasi gue dan gue juga dapet nilai yang bagus"
"Pacar gue emang yang terbaik" ujar Jaehyun bangga.
Jaehyun melirik jam ditangan kirinya. Kemudian menatap Ten kembali. "Waktunya makan siang, gue pesenin makanan dulu ya"
"Nggak usah Jae, gue udah makan tadi dan masih kenyang" jawab Ten dengan senyum manisnya.
"Nggak ada penolakan Ten, waktunya makan siang"
"Jae please.... Gue beneran udah kenyang"
Ten tidak berbohong tadi memang ia sudah makan cake, dan ia merasa kenyang.
"Ten! Tinggal nurut apa susahnya sih sebelum gue bener-bener kehilangan kesabaran"
Mata Jaehyun yang tadinya lembut kini berganti menjadi tatapan tajam.Ten menghela nafas lelah. Bahkan untuk makan saja ia tidak punya kuasa. Ten ingin membantah tapi ia juga masih sadar tidak baik menentang Jaehyun saat ini. Apalagi sekarang mereka masih berada di kampus.
"Ok terserah lo "
Jaehyun tersenyum puas dan mengacak pelan rambut Ten sebelum akhirnya pergi untuk memesan makanan.
Ten benar-benar merasa tertekan dengan segala sikap otoriter dari Jaehyun.
∆¶¶¶¶∆
Ten menunggu Jaehyun di dekat perpustakaan fakultasnya. Jaehyun dan Ten memang berbeda fakultas dan jurusan. Ten sangat bersyukur untung saja Jaehyun tidak memaksanya agar pindah ke jurusan yang sama dengan Jaehyun.
Sudah hampir 30 menit namun Jaehyun belum juga sampai. Padahal fakultas mereka bersebrangan.
Jika saja Ten yang terlambat sudah pasti Jaehyun akan marah besar. Namun ketika Jaehyun yang terlambat Tan hanya bisa bersabar. Bodoh memang tapi Ten tidak punya pilihan lain.
"Hey"
Ten mendongak mengalihkan atensinya yang semula menatap ponsel menjadi ke depan, dimana Jaehyun sudah berdiri sambil tersenyum ke arahnya.
"Kenapa lama?"
"Biasa. Ada urusan tadi" jawab Jaehyun santai.
Ten paham urusan apa yang dimaksud oleh Jaehyun. Jaehyun nampak berantakan. Beberapa kancing kemejanya terbuka, rambutnya sedikit berantakan, dan sedikit bekas lipstik di sudut bibirnya.
Tanpa dijelaskan pun Ten sudah tau. Jaehyun mengikat Ten erat sedangkan Jaehyun tidak mau jika dirinya di kekang.
Prinsip Jaehyun, Ten adalah miliknya tapi Jaehyun bukan milik Ten ataupun milik siapapun. Egois dan memang sangat Egois.
"Ayo gue antar pulang"
"Jaehyun" Ten memegang tangan kanan Jaehyun membuat laki-laki itu menatapnya.
"Kenapa?"
"Gue minta lo buat berhenti main dibelakang gue bisa?" Suara lembut Ten terdengar di telinga Jaehyun. Tatapan Ten memohon.
"Nope. Lo tau gue nggak bakalan bisa berhenti Ten, jangan paksa gue"
Tangan Jaehyun melepas pelan genggaman Ten. Jaehyun risih jika ada yang mencoba menguasainya sekalipun itu adalah Ten.
Disini hanya Jaehyun yang boleh mengatur bukannya diatur.
"Kalo gitu lepasin gue, gue bakalan biarin lo main sama orang lain sepuasnya"
Rahang Jaehyun mengeras mendengar perkataan Ten barusan. Jaehyun benci mendengar Ten mengatakan untuk melepaskannya. Selamanya Jaehyun tidak akan pernah mau melepas Ten.
"Sampai kapanpun lo nggak akan bisa lepas dari gue Ten! Disini gue yang berhak nentuin kapan mau ngelepas lo, tapi sayangnya gue nggak ada niatan mau ngelepas lo kecuali saat gue mati"
Nada Jaehyun tegas dan mutlak tidak bisa dibantah.
"Jaehyun gue juga berhak karena yang menjalani kita berdua"
Ten sedikit meninggikan suaranya.
"Sayangnya lo nggak punya hak Ten Lee"
"Jaehyun lo egois"
"Yes, l know. Bahkan gue bisa lebih egois saat lo berusaha lepas dari gue Ten"
Ten menghela nafas lelah. Lihatlah bahkan Jaehyun selalu keras kepala seperti ini.
Ingin melawan pun juga rasanya sia-sia. Ten tau akhirnya Jaehyun yang akan menang.
Nyatanya, Jaehyun punya seribu cara untuk terus mengikat Ten.
Baginya Ten adalah miliknya dan itu mutlak sampai kapanpun.
~tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic-[JaeTen]✓
JugendliteraturBagi Jaehyun, Ten adalah miliknya dan itu mutlak untuk selamanya. ∆JaeTen area! Nct lokal bxb ©® xbryee