First Verse

183 11 2
                                    

Ale menatap orang yang sedang duduk di hadapannya saat ini. Lelaki yang sudah 2 tahun ini selalu mengisi hari-hari nya, baik hari-hari penatnya, maupun hari-hari bahagianya. Ajaibnya, meski hampir tiap hari bersama, perasaannya sama sekali belum berubah. Sejak pertama kali ia bertemu dengannya.

"Lama-lama bolong deh muka aku diliatin terus."

Ale tersadar kemudian tertawa, "Siapa suruh ganteng."

Fabian hanya tersenyum seraya menyeruput es teh manisnya. Makanan di depannya sudah habis dan sedari tadi, ia dan Ale hanya saling bertukar tatap.

"Fab, kita tuh udah mau 2 tahun ya?" tanya Ale. Fabian mengangguk.

"Cepet banget gak sih? Perasaan baru kemaren kamu numpahin es teh manis kamu di celanaku pas makan di crisbar." ujar Fabian.

Ale menimpuk Fabian dengan gulungan tisu. Fabian tidak pernah bosan mengungkit hari dimana mereka pertama kalinya bertemu dan berkenalan.

"Alah tapi ujung-ujungnya diajak kenalan juga kan?" tanya Ale. Fabian mengangkat alisnya.

"Iya soalnya biar gampang kalo mau minta ganti rugi." jawabnya. Ale mencibir. Fabian hanya tertawa.

"Btw, kamu udah kepikiran mau magang dimana?" tanya Ale.

Fabian mengangguk, "Aku ditawarin temen papaku intern di chevron. Agak susah sih emang karna pake jalur orang dalem juga kan."

"Ih enak banget!" pekik Ale. "Mulai kapan?"

"Next month, i guess? Aku belom dapet detailsnya sih tapi kayanya gitu." jawab Fabian.

"Di Bandung? Apa di Jakarta?" tanya Ale lagi.

"Belom tau, tapi semoga disana."

Ale menunduk seraya mengaduk es teh manisnya, "Aku bingung banget udah apply sana sini belom dapet balesan." ujarnya.

"Loh kan kamu udah diajak mama mu intern di tempatnya kan? Di pertamina?" tanya Fabian. Ale menggeleng.

"Aku gamau sekantor sama mamaku, Fab. Gaenak aja gaksiiih rasanya ketemu orang tua di rumah sama di tempat kerja?" ujarnya. Fabian manggut-manggut.

"Iya sih, but for the worst case? Mungkin kamu emang harus ambil?"

Ale menggeleng, "If theres another option then why not."

Fabian tersenyum melihat Ale yang selalu kukuh pada pendiriannya, "That's my girl."

Mereka lanjut berbincang hingga tak sadar senja sudah tiba. Anehnya, obrolan mereka bukan tipikal obrolan manja khas orang pacaran. Ale dan Fabian cenderung lebih suka mengangkat 1 topik untuk mereka bahas dan akan terus berkelanjutan sampai masing-masing dari mereka mengeluarkan opini dan argumennya. Contoh topik hari ini bermula dari magang, dan akhirnya berakhir sampai ke pembicaraan bagaimana seorang fresh graduate bisa mendapat pekerjaan di perusahaan ternama tanpa bantuan orang dalam.

"Capek banget mikirin masa depan, dah lah pulang aja yuk." ujar Ale yang akhirnya lelah berargumen.

"Iya deh yang udah kalah." ledek Fabian. Ale mencubit pinggangnya seraya berjalan menuju parkiran.

Udara Bandung kini tengah bersahabat, tidak terlalu dingin, namun tidak juga terlalu hangat. Pas.

Mereka berkendara menuju kosan Ale. Ale sangat suka naik motor karna selain lebih cepat, ia bisa menikmati bau jalanan di kota Bandung. Menurut Ale, setiap kota punya 'bau' nya masing-masing, dan Bandung adalah favoritnya.

"Le?"

"Ya?"

"Kalo misal aku magang di luar kota yang jauh banget, is it okay?" tanya Fabian.

Once Upon A Time in Bandung | nct jungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang