Twenty-third Verse

33 8 1
                                    

"Hari ini kita makan diluar ya, gue traktir." ujar Rendra.

Ale dan Edgar saling melirik. Ya, hari ini adalah hari terakhir magang dan Edgar sudah kembali masuk ke kantor sejak 5 hari yang lalu. Rendra baru saja kembali dari Jogja tadi pagi dan siang ini sedang stay di kantor.

"Buset ada angin apaan nih?" ledek Edgar. Rendra menjitak kepala adiknya.

"Hari terakhir kalian magang gue harus left a good impression dong ya gak, Le?" tanya Rendra. Ale hanya tertawa.

"Ada apaan nih gue denger ada yang mau nraktir?" tanya Junio yang tiba-tiba muncul dari belakang Rendra.

"Giliran yang gratis aja nongol lo, Jun." sembur Rendra. Junio hanya terkekeh.

"Nanti sore ketemu di parkiran ya." Rendra menjentikkan jarinya. "Kamu nebeng Ale aja ya, Gar. Mobilmu mau mas bawa."

Edgar mencibir. Seperti biasa kakaknya selalu menyabotase mobilnya.

"Padahal mobil dia lebih bagus dari mobil gue." gumam Edgar.

Ale hanya mengangguk menyetujuinya. This week has been rough on her. Bahkan ia dan Fabian tidak menunjukkan adanya perubahan yang lebih baik, malahan semakin buruk. Komunikasi terakhirnya dengan Fabian adalah 3 hari lalu. Itu pun Ale duluan yang memulai percakapan.

Ale sudah mulai lelah. Ia merasa memang hubungannya dengan Fabian kini sudah tidak sehat. Ditambah dengan kesibukan keduanya yang tidak bisa dihindari membuat komunikasi mereka semakin terhambat. Erwin menyarankan kepada Ale agar ia membicarakan nya dengan Fabian, karena sepertinya masalah ini tidak akan selesai dengan sendirinya. Ale sedang memilih waktu yang tepat, dan kemungkinan minggu depan sebelum masuk kuliah adalah waktu yang tepat.

"Lo sakit, Le?" tanya Edgar membuyarkan lamunan Ale.

"Eh?" Ale menoleh. "Engga, emang kenapa?"

"Tumben ga berisik." jawab Edgar. Ale mencibir.

"Lagi ga mood aja gangguin lo." jawabnya asal.

Edgar memutar badannya menghadap Ale, "Gangguin gue dong, ga kangen apa ga ketemu gue hampir 2 minggu?"

Ale menyentil dahi Edgar, "Kurang kerjaan banget gangguin lo." ujarnya sambil bangkit dari kursinya dan berjalan menuju toilet. Sementara Edgar mengelus dahinya kesakitan.

Jam pulang kantor pun akhirnya tiba. Ale membereskan semua isi mejanya dan memasukkannya ke dalam dus kecil. Begitupun Edgar. Mereka berdua besok tidak akan datang ke kantor lagi untuk magang. Mungkin Edgar masih akan sesekali kesini untuk mengurus tugas akhirnya.

Ale dan Edgar berpamitan kepada karyawan lain yang selama 3 bulan ini sudah membantunya. Mereka tampak sedih melepas Ale dan Edgar yang selama ini telah banyak membantu mereka.

"Gue kayanya bakal kangen deh dimintain tolong sama Pak Burhan." ujar Ale pada Edgar setelah mereka masuk ke dalam lift.

Edgar mengangguk, "Iya mana baik banget lagi ya orangnya. Sabar ngadepin lo yang oon." ujarnya. Ale mendengus.

"Lo masih bakal kesini lagi, Gar?" tanya Ale sambil berjalan keluar lift. Edgar mengangguk.

"Kayanya sih bulan depan kesini lagi kalo masih ada data yang kurang." ujarnya.

Ale menghela napas, "Aduh skripsi gue mau dibawa kemana ya." ujarnya gusar. Edgar terkekeh.

"Pelan-pelan aja, Le. Gue temenin kok." ujar Edgar. Ale mencibir.

"Alah paling juga lo lulus duluan." sungutnya yang dibalas dengan tawa oleh Edgar.

Mereka sampai di parkiran dan ternyata Rendra dan Junio sudah berada disana. Junio tersenyum lebar saat melihat Ale dan Edgar.

Once Upon A Time in Bandung | nct jungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang