Ale melirik jam di tangannya, sudah jam 9. 1 jam lagi pesawat Fabian akan take off.
"Ale udah makan?"
Ale mendongak dan mendapati Bunda Fabian tengah berbicara padanya. Ale langsung tersenyum.
"Udah tante, tadi udah makan roti." jawab Ale.
"Ini tante tadi abis beli burger buat Fabian makan di jalan, sekalian beliin buat kamu." Bunda Fabian menyodorkan seplastik burger McD. "Dimakan ya nanti di jalan."
"Eh? Makasih tante aduh jadi ngerepotin." Ale menerima nya dengan malu-malu. Fabian yang melihatnya hanya tersenyum geli.
"Alah sok malu-malu biasanya juga paling beringas kalo ketemu McD." bisik Fabian. Ale hanya mendelik.
"Nanti Ale pulangnya bawa mobilnya Fabian aja ya. Kalo Ale mau pake juga gapapa, ya gak dek?" tanya Bunda Fabian kepada Fabian.
"Iya, bun. Aku udah ngomong juga tadi sama Ale." jawab Fabian sambil merogoh kantung celananya. "Ini kunci motor sama kunci mobil aku titip di kamu ya. Pake aja, nanti aku bilang Erwin kalo mau pake juga boleh."
Ale menerima kedua kunci tersebut, "Aduh vespa kamu dikasih ke Erwin mah nanti dipake pacaran mulu sama dia." ujar Ale sambil berbisik. Fabian hanya tertawa.
Ayah dan Bunda Fabian memang sudah mengenal Ale. Mereka pernah sekali bertemu di Jakarta untuk makan malam bersama.
"Pesawatku udah mau boarding nih kayanya." Fabian akhirnya bangkit dari duduknya saat jam sudah menunjukkan pukul 9.30.
Ayah dan Bunda Fabian pun bangkit untuk memeluk anak bungsunya itu, "Adek hati-hati ya, jangan lupa makan, jangan lupa ibadah, kabarin ayah bunda terus tiap hari ya." ujar Bunda Fabian sambil menahan tangis. Sementara ayahnya hanya memeluk Fabian sekilas.
"Jaga diri ya, dek."
Ayah dan Bunda Fabian pun memutuskan untuk pamit duluan. Mungkin sengaja untuk memberi Ale dan Fabian waktu berdua.
"Any last words?" tanya Fabian sembari menatap Ale yang kini sudah susah payah menahan tangis.
"Videocall tiap hari ya?" tanya Ale. Fabian tertawa sambil memeluknya.
"Aku temenin kamu bobo tiap hari deh." ujar nya.
Ale tak kuasa lagi membendung airmatanya. Being in Fabian's arm is one of the most comfortable place she's ever been. Imagining being away from it kinda suffocate her.
"Kamu belum pergi aja aku udah kangen." ujar Ale. Fabian mengelus kepalanya.
"This is not the end, Le. Aku bakal pulang kok 6 bulan lagi." ujar Fabian.
Ale menarik wajahnya dari pelukan Fabian. Wajahnya kini sudah basah oleh airmata.
"I want to kiss you so bad." ujar Ale.
"Go ahead."
Ale stood on her tiptoe and moved closer to Fabian. She pressed her lips on Fabian's as she getting closer to him. He pull her to his chest so he can feel the taste of her sweetness deeper.
Screw people who look at them with judgemental looks. All Ale wants is one last memorable kiss.
"Aku sayang kamu." ujar Fabian setelah memberi jarak diantara mereka.
Fabian pun berbalik dan menyeret kopernya menjauh. He didn't turn around. He knew that if he did, he wouldn't be able to leave her.
Ale hanya melambaikan tangan pada punggung yang semakin menjauh. 6 months is a short time for anyone but to them, whom always spend time together literally everyday for the last 2 years, is kinda heavy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time in Bandung | nct jungwoo
FanfictionSemuanya berawal disini, di Kota Bandung. (NCT Jungwoo's fanfiction) Start: 4 Juli 2021 End: 24 November 2021