Tenth Verse

33 10 0
                                    

"Mau kemana lo pagi-pagi?" tanya Erwin yang tengah duduk di meja makan sambil meminum kopi nya.

"Ke kosan Fabian." jawab Ale sambil mengambil selembar roti dari piring Erwin.

"Mau ngapain?" tanya Erwin dengan tatapan menyelidik.

"Netflix and chill." jawab Ale asal. Erwin menggeplak kepala Ale.

"Ngomong bisa kaya orang bener dikit gak?" omel Erwin. Ale mendelik.

"Loh emang bener anjir gue mau nonton netflix sambil santai?" ujar Ale. Erwin melotot.

"Lo ga ngira gue bego kan?"

"Otak lo aja yang kotor!" Ale balas mendorong tubuh Erwin.

Erwin mendesis, "Gausah macem-macem ya."

"Iyaaa paling pegang-pegang dikit doang." ledek Ale sambil berlari meninggalkan Erwin.

"Heh sini lo!" Erwin melempar sendal yang sedang dipakainya ke arah Ale. Ale hanya tertawa sambil berjalan melenggang pergi.

Ojek online yang dipesannya telah sampai. Ia memang sengaja menyuruh Fabian untuk tidak usah menjemputnya agar tidak perlu bolak-balik.

Sesampainya di kosan Fabian, ia langsung naik ke atas. Kamar Fabian terletak di lantai 3 paling ujung. Kamar-kamar di sebelahnya kosong tidak berpenghuni karena sebentar lagi tahun ajaran baru jadi banyak yang sudah pindah.

Ale mengetuk kamar Fabian, "Fab?"

"Masuk, Le."

Ale membuka kamar Fabian. Ia tengah membereskan baju-bajunya ke dalam koper. Hampir saja Ale lupa bahwa ini adalah hari terakhir Fabian di Bandung. Fabian menoleh dan tersenyum.

"Duduk dulu aja sana."

Ale menurut. Ia masuk ke dalam kamar dan berjalan ke kasur Fabian. Kamar Fabian tergolong kamar yang rapi untuk ukuran lelaki. Wangi parfum Fabian juga begitu terasa di dalam kamar ini. Ale duduk sambil menatap punggung Fabian yang tengah duduk di lantai.

"Besok flight pagi kan?" tanya Ale. Fabian mengangguk.

"Jam 10 sih, tapi aku dari sini subuh kayanya."

"Yaudah aku langsung nganter kamu ya." ujar Ale. Fabian menoleh.

"Gamau pulang dulu?" tanyanya. Ale menggeleng.

"Takut gakeburu."

Fabian tersenyum dan mengangguk. Ia selesai membereskan bajunya dan berjalan menuju Ale.

"Le, aku masih ngantuk nih tadi bangun pagi banget." ujar Fabian. "Mau nemenin aku bobo bentar gak?"

Ale menatap Fabian dan mengangguk. Ia berbaring di atas kasur Fabian dan melebarkan tangannya. Membiarkan Fabian tidur di dalam pelukannya.

"Bobo dulu aja nanti aku bangunin jam makan siang." Ale memeluk Fabian erat.

Fabian hanya mengangguk. Ale mengelus kepala Fabian yang tak sampai 5 menit sudah terlelap. 6 bulan ke depan, ia tidak akan menjalani momen ini bersama Fabian. Ia tidak akan bisa mencium aroma parfum kesukaannya lagi. Ia tidak akan bisa berangkat ataupun pulang kampus bersama lagi. Ia tidak akan bisa jajan streetfood malam bersama lagi.

Tidak, Ale bahkan tidak sanggup membayangkan 6 bulan yang harus ia jalani tanpa bersama Fabian. Tidak terasa air matanya kembali turun.

"I love you so much, Fab." gumam Ale pelan.

Tanpa terasa Ale juga ikut tertidur. Namun tak sampai setengah jam, ia sudah terbangun karena tangannya kesemutan. Ia membuka matanya dan melihat Fabian masih tertidur nyenyak.

Ale perlahan menarik tangannya agar tidak membangunkan Fabian. Fabian masih tetap dalam posisinya, tidak bergerak sama sekali.

Ale turun dari kasur dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelahnya ia memutuskan untuk menyalakan televisi dan menyambungkannya ke laptop untuk menonton netflix.

Ia memilih film kesukaannya, 50 first dates. Film kesukaannya sejak jaman SMP itu tidak pernah bosan ia tonton. Bahkan film ini juga merupakan film yang pertama kali ia tonton bersama Fabian.

Baru setengah film saat tiba-tiba Fabian akhirnya menggerakkan tubuhnya.

"Jam berapa, Le?"

Ale melirik jam dinding, "Baru jam 11 kok. Tidur lagi aja bentar."

Fabian menggeleng. Ia bangkit dari tidurnya dan duduk di kasur. Rambutnya yang sudah mulai panjang tampak mencuat ke atas. Wajahnya juga dipenuhi gurat bantal tanda ia tidur sangat nyenyak.

"Lucu banget sih." Ale mengelus pipi Fabian. Ia hanya tersenyum.

"Aku mandi dulu deh ya." ujarnya.

Ia pun berjalan ke kamar mandi. Ale kembali melanjutkan menonton filmnya yang tadi sempat ia pause sejenak.

15 menit kemudian Fabian keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Wangi sabun menguar memenuhi kamar. Fabian mengeringkan rambutnya seraya duduk di samping Ale.

"50 first dates lagi?" tanyanya. Ale mengangguk.

"Ini film pertama kita kamu inget gak?" tanya Ale.

"Yang waktu itu kita nonton di kelas pake hp kamu kan?" tanya Fabian. Ale tertawa.

Film tersebut mereka tonton pada saat mereka baru berpacaran beberapa hari. Saat sedang bosan di kelas karena mata kuliah siang yang membuat ngantuk, mereka memutuskan untuk nonton netflix di ponsel Ale dengan earphone di telinga mereka. Bad influence.

"Mau makan ga?" tanya Fabian.

Ale mengangguk, "Your choice."

Fabian membuka aplikasi ojek online untuk memesan makanan. Pilihan mereka akhirnya jatuh di ayam geprek favorit mereka.

"Disana nanti gaada crisbar soalnya." ujar Fabian.

Ale menyandarkan kepalanya di bahu Fabian. Mereka kini tengah duduk bersandar di karpet. Fabian menautkan jari-jarinya di jari-jari Ale. Mereka hanya duduk diam menikmati akting Drew Barrymore dan Adam Sandler di televisi.

"Kemarin gimana?" tanya Fabian.

"Very well." Ale membenarkan posisi duduknya. "Aku udah unoficially gabung di perusahaan itu. Minggu depan mungkin udah bisa mulai." jawab Ale.

"Wow that's good to hear." ujar Fabian. "Temennya Erwin siapa namanya aku lupa?"

"Edgar."

"Ya, dia bakal bantuin kamu kan?" tanya Fabian.

"Maybe. He seems nice. Kakaknya juga baik banget." ujar Ale. "Ganteng lagi."

Fabian menyentil hidung Ale pelan, "Gantengan mana sama aku?"

Ale memasang wajah berpikir, "Aduh bentar ya aku mikir dulu, sulit soalnya."

Fabian langsung menggelitiki pinggang Ale hingga Ale terbaring di lantai. Ale terbahak meminta ampun.

"Iya ampun gantengan kamuuu." seru Ale.

Fabian akhirnya menghentikan gelitikannya dan menarik Ale untuk kembali duduk. Ia mendekatkan posisi duduknya ke arah Ale dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Kamu galupa sama perkataan aku waktu di cibadak kan?" tanya Fabian pelan. Suasana berubah menjadi serius. Ia mengusap rambut Ale.

Ale mengangguk pelan. Detak jantung Fabian terdengar begitu jelas.

"I meant it." ujar Fabian.

"Iya aku tau."

"Aku percaya sama kita." ujar Fabian lagi.

"Me too."

*********

give it lots of love pals!xo❤️❤️

Once Upon A Time in Bandung | nct jungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang