Eighteenth Verse

36 8 1
                                    

"Gar, udah. Ini udah mangkok ketiga lo."

Edgar tidak menghiraukan Ale dan terus menyeruput kuah indomie nya sampai tidak bersisa. Ia sudah memesan 3 kali, dan saat ini ia sudah manghabiskannya.

"Perasaan yang pengen indomie gue tapi kenapa elo yang barbar makannya?" ujar Ale.

Edgar mengangkat wajahnya dari mangkok dan mengibaskan rambutnya yang menghalangi wajahnya. Keringat bercucuran di dahinya karena indomie rebus yang ia makan panas dan pedas.

"Nih minum dulu."

Ale menyodorkan segelas teh panas ke depan Edgar. Edgar menandaskannya dalam sekali teguk.

"Makan lo kayak orang kesurupan." Ale menggelengkan kepalanya.

"Finally you know the real me. Gue kalo makan indomie gabisa berenti sebelum nyokap gue marah-marah." ujarnya.

Ale menyentil jidat Edgar, "Gaboleh keseringan juga, bodoh. Gabagus buat kesehatan lo."

Edgar hanya mendengus. Ia lalu mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya. Ale hanya menghela napas pasrah.

"Sejak kapan sih lo ngerokok?" tanyanya.

Edgar menyulut rokoknya, "SMA kayanya."

"Kak Rendra ngerokok juga?"

Edgar menggeleng, "Not even once."

"Terus lo ga diomelin?"

Edgar tertawa, "As simple as gue yang ngerokok gue yang nerima akibatnya. Jadi yaudah, kayanya udah pada capek juga nasehatin gue." ujarnya.

Ale mengangkat kedua alisnya. This guy is really weird sometimes.

"Cowok lo ngerokok?" tanya Edgar. Ale menggeleng.

"Dia super strict sama apa yang masuk ke badan dia. Even makan di pinggir jalan aja dia pilih-pilih." ujar Ale.

Edgar manggut-manggut, "Wow husband material." ujarnya.

Ale terdiam. Ia hanya memandangi langit yang kini sudah semakin mendung. Ia mengusap kedua tangannya karena ia merasa semakin dingin.

"Are you that kind of girl who never talks about their feelings?" tanya Edgar sambil meraih kedua tangan Ale dan menggenggam nya erat.

Ale terkejut. Ia menatap Edgar yang kini tengah sibuk menghangatkan tangannya.

"Lo ngapain?" tanya Ale.

"Tinggal bilang 'Gar, gue kedinginan' apa susahnya sih?" tanyanya.

Ale mencibir. Namun anehnya, she felt the warmth spread through her hands. She secretly feel comfort when Edgar hold her hands.

Mereka diam dalam posisi tersebut. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Edgar masih asyik dengan rokoknya sementara Ale berusaha mengalihkan pandangannya ke pemandangan yang ada di depan.

Tiba-tiba hujan rintik perlahan turun membasahi. Ale yang menyadarinya langsung menarik tangannya dari genggaman Edgar.

"Ujan, Gar."

Edgar yang menyadarinya langsung mematikan rokoknya. Ia melepas jaket yang dipakainya kemudian memberikannya kepada Ale. Ia juga memberikan kunci mobilnya.

"Pake jaketnya terus lo duluan ke mobil. Gue mau bayar dulu." ujar Edgar.

Ale menurut. Ia memakai jaket Edgar dan langsung berlari kecil menuju mobil sambil menutupi kepalanya. Ia berhasil masuk ke dalam mobil sebelum hujan akhirnya turun dengan deras.

Edgar masih di luar sedang membayar makanan mereka saat hujan sudah turun dengan deras. Ia terpaksa berlari ke mobil sudah dalam keadaan basah kuyup.

Once Upon A Time in Bandung | nct jungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang