Thirteenth Verse

35 7 0
                                    

"Le makan yuk laper."

Ale melirik jam dinding di depannya. Sudah pukul 11.45.

"Udah boleh istirahat?" tanya Ale.

"Tuh lo liat sekeliling lo."

Ale mengedarkan pandangannya dan melihat ke sekeliling. Semua orang sudah berjalan meninggalkan mejanya untuk makan siang.

"Makanya jangan serius banget napa sih baru juga hari pertama." ledek Edgar. Ale mencibir.

"Bentar ambil dompet dulu." ujar Ale.

Mereka berdua pun berjalan keluar ruangan. Ale sesekali membungkuk dan tersenyum menyapa karyawan yang berpapasan dengannya.

"Katanya lo mau ngenalin gue ke orang-orang disini?" bisik Ale pada Edgar saat mereka sedang menunggu lift.

"Yang bilang gitu kan mas Rendra, bukan gue." jawab Edgar. "Lagian gue juga baru kenal beberapa doang."

Mereka masuk ke dalam lift. Di dalam lift ada seorang laki-laki bertubuh tinggi yang hanya mengenakan kaus hitam dan celana jeans. Ia tampak tersenyum ke arah Edgar.

"My brooo Edgar, kemana aja baru keliatan?" tanya laki-laki itu.

"Kemaren seminggu uas gue, fokus dulu lah." jawab Edgar.

"Kirain lo minggat dari sini gara-gara Sania resign." ujarnya lagi.

Edgar mendelik, "Lo gausah bikin gosip macem-macem deh, Jun." Lelaki itu hanya tergelak.

Ale yang hanya diam disana berdiri canggung menunggu lift turun.

"Oiya kenalin nih anak magang baru namanya Ale." ujar Edgar mengenalkan Ale pada lelaki itu. "Le ini Junio, orang engineer juga, 2 tahun diatas kita tapi gausah panggil kak soalnya gapantes."

Ale tersenyum ke arah pria bernama Junio itu. Sementara Junio tersenyum lebar sambil mengulurkan tangannya.

"Junio, orang paling ganteng di kantor ini setelah mas Rendra." ujarnya. Ale hanya tertawa.

"Ale." jawabnya sambil menyambut uluran tangan Junio.

"Kok lo bisa kenal sama Edgar, Le?" tanyanya.

"Gue sekampus sama dia." jawab Ale.

"Oh anak kampus gajah juga?" tanyanya. Ale mengangguk.

"Adek gue juga disana, jurusan minyak. Kayanya seangkatan deh sama lo dan Edgar." ujar Junio saat lift terbuka. Mereka bertiga pun jalan beriringan.

"Oh iya? Gue jurusan minyak juga." jawab Ale. "Adek lo namanya siapa?"

"Itu kahimnya yang sekarang." jawab Junio.

"Boong!" seru Ale sambil menghentikan langkahnya. "Lo kakaknya Razan?"

Junio tertawa, "Iya Razan adek gue. Kenapa? Gamirip ya?"

Ale menggeleng, "Ga sama sekali."

"Banyak yang bilang gitu deh. Apa jangan-jangan gue anak pungut ya?" ujarnya.

"Loh bukannya emang iya?" celetuk Edgar yang dibalas jitakan oleh Junio.

"Gila sempit banget deh Bandung." ujar Ale.

Mereka kini tengah berjalan keluar kantor. Akhirnya Junio memutuskan untuk bergabung dengan Ale dan Edgar untuk makan siang di warung makan yang tak jauh dari sana. Ale pun tidak keberatan karena Junio asik untuk diajak ngobrol.

"Si Razan bawel gak sih kalo di himpunan?" tanya Junio setelah mereka memesan makanan.

"Wah jangan ditanya." Ale mengangkat kedua tangannya. "Himpunan sepi banget kalo gaada dia."

Once Upon A Time in Bandung | nct jungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang