Twenty-fourth Verse

35 7 1
                                    

"Win, tas carrier sama sepatu gunung lo ditaroh dimana? Gue mau pinjem." ujar Ale saat membuka kamar Erwin. Erwin yang baru saja bangun dari tidurnya pun melotot kaget.

"Bisa agak diketok dulu gak pintunya? Kalo gue lagi telanjang gimana?" omelnya. Ale memutar bola matanya.

"Gue udah liat lo dari jaman masih di perut bunda, gabakal nafsu gue." jawab Ale asal. Ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar Erwin.

"Ambil diatas lemari." ujar Erwin sambil berjalan ke arah kamar mandi. Ale mengangguk dan langsung menghampiri lemari Erwin.

"Lo jadi beli bahan makanan kemaren?" tanya Erwin.

"Udah kemaren, dibawa Edgar." jawab Ale sambil kesusahan mengambil tas Erwin diatas lemarinya yang tinggi.

Setelah berhasil mengambil tas dan sepatu Erwin, Ale berjalan keluar kamar Erwin dan menutup pintunya. Ya, saat ini ia tengah mempersiapkan perbekalan yang akan ia bawa untuk pendakian pertamanya besok. Segala sesuatunya sebenarnya sudah diurus oleh Edgar dan Rendra, baik dari transportasi, akomodasi, maupun konsumsi. Ale dan Erwin hanya tinggal duduk manis saja.

Ale masuk ke kamarnya saat ia melihat ponselnya berdering. Ada telepon masuk dari Fabian. Tumben sekali Fabian menelepon di hari kerja seperti ini.

"Halo, Fab?"

"Hai, Le. Tumben udah bangun."

"Iya nih mau siap-siap buat besok."

"Oh, jadi berangkat?"

"Jadi dong, udah siap semua kok. Kamu tumben banget nelpon hari gini emang ga ke site?"

"Engga, hari ini aku di office doang sampe sore."

"Ohh, bagus deh gacapek kan jadinya."

Fabian tidak membalas. Hening terdengar di seberang sana.

"Le, i need to tell you something."

"About what?"

"About us."

Ale terdiam. Ia memang berencana akan membicarakan masalah ini dengan Fabian namun ia tidak menyangka jika Fabian justru adalah orang yang terlebih dahulu membuka topik ini.

"Go ahead." Ale mendudukkan diri di atas karpet.

"I think we need a break."

6 kata dari Fabian yang sukses membungkam Ale. Seketika dada nya terasa panas, dan airmatanya mulai menggenang. Namun Ale berusaha untuk menahannya.

"Why do yo think we need it?" tanya Ale.

"Remember what i told you before i left?" tanya Fabian.

"I think i feel it now."

Ale memejamkan matanya. Ia menghela napas dalam-dalam meskipun rasanya dadanya terasa sangat sesak.

"Why?"

"I don't know, i just don't feel the same anymore." jawab Fabian. "Do you?"

Ale menggeleng lemah. Meskipun Fabian tidak bisa melihatnya, yang ia lakukan saat ini hanya menggelengkan kepalanya.

"I still love you, like the way i used to." jawab Ale dengan suara bergetar.

"No, you don't." ujar Fabian.

"Maksud kamu apa?"

Terdengar helaan napas Fabian di seberang sana, "I guess it's time for you to find out, that's why i said we need a break. We need to find out what's really best for us."

Once Upon A Time in Bandung | nct jungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang