⟨27⟩ 'Torment in cold weather

271 46 38
                                    

Jehan menatap dari balik kaca mobil dimana masih banyak lalu lalang orang-orang diluar sana. Sedikit membenarkan posisi anak kecil yang berada di pangkuannya yang terlelap sejak tadi. Ia meliriknya hingga menerbitkan senyum dibibir ketika menatap betapa tenang wajah Rowoon saat tertidur. Hingga atensinya tertarik ketika suara Jimin menginterupsi.

"Maaf membuatmu repot"

Jehan tersenyum simpul "Tidak masalah aku senang setidaknya bisa bermain seharian sampai bisa menemani Rowoon tertidur seperti ini"

Jimin tersenyum kembali fokus menatap ke depan walau sejujurnya seluruh kefokusannya terpusat pada gadis disampingnya. Seharian ini dia juga baru sadar telah menghabiskan waktu yang cukup lama namun terasa singkat dengan Jehan sekaligus keponakan kesayangannya. Memutar setir memasuki kawasan rumah lantas mulai menghentikan mobil di garasi. Ia menoleh ke arah Jehan yang sedang berhati-hati memposisikan Rowoon untuk ia gendong.

"Tunggu akan aku bukakan pintunya" Ucap Jimin yang diangguki Jehan lantas langsung keluar. Berputar mengitari mobil lalu membuka pintu untuk Jehan.

Gadis itu perlahan keluar dengan hati-hati agar Rowoon tidak terbangun dari tidurnya. Jimin mengajak masuk Jehan dan dibukanya pintu berwarna coklat lalu mempersilahkan Jehan masuk kedalam. Jehan memberi salam lantas mulai masuk kedalam dan bersamaan dengan itu seorang perempuan paruh baya datang dari arah dapur. Jimin terdiam tak menggubris lain dengan Jehan yang tersenyum menundukkan kepalanya sedikit "Annyeong Haseyo Bibi"

Orang itu yang tidak lain adalah Jina---ibu Jimin, tersenyum senang "Nee Annyeong nak Jehan bukan?"

Jehan mengangguk lalu ia sedikit melirik Jimin yang sejak tadi diam tanpa berniat menatap sang Ibu. Ia tersenyum pedih melihatnya akan sampai kapan lelaki ini gengsi dengan ibu tirinya yang kelewat baik ini?

"Rowoon tidur nak? Biarkan Bibi yang membawanya ke kamar" Ucap Jina namun ketika hendak dijawab anggukan oleh Jehan seruan Jimin membuat mereka berdua diam.

"Tidak perlu biarkan Jehan saja yang membawanya ke kamar" Ucap Jimin membuat Jina tersenyum pilu sedangkan Jehan berusaha menahan kekesalan karena sikap Jimin. Tidak ingin membuat keributan akhirnya Jehan menurut dan memberi anggukan agar Jina baik-baik saja.

Mereka berdua berjalan menuju ke lantai atas. Menaiki tangga satu persatu lalu melangkah menuju ke sebuah pintu bercat coklat yang bersebelahan dengan pintu berwarna hitam. Jimin membukakan pintu bercat coklat itu dan menyuruh Jehan menidurkan Rowoon di sana. Perlahan dan pasti ia meletakkan tubuh anak kecil ini di atas ranjang dengan hati-hati lalu menyelimutinya dan meninggalkan satu kecupan manis di kening bocah itu. Entahlah Jehan merasa seperti memiliki adik kandung dia benar-benar sangat menyayangi anak ini walau baru saja bertemu.

Baik Jehan maupun Jimin keluar dan menutup pintu pelan lantas menghela bersama. Jimin menatap Jehan yang terlihat meringis memegang lengannya "Apa lukamu terasa sakit lagi?" Tanya Jimin dengan nada khawatir.

Jehan menoleh lalu menggeleng "Tidak kok" dustanya karena jujur lengannya terasa berdenyut hebat sejak tadi.

Jimin mendengus tanpa basa-basi menarik tangan gadis itu dan masuk ke dalam kamar miliknya yang berpintu hitam. Jehan tentu saja panik ketika ia diseret masuk ke dalam kamar lelaki ini. Pikiran buruk bahkan sudah bersarang di kepalanya hingga suara Jimin membuat ia terdiam.

"Jangan berpikir macam-macam aku hanya ingin mengobati saja" Ucapnya lantas mendudukkan tubuh Jehan di kayu jendela yang bermodel lebar itu yang biasanya ia gunakan untuk bersantai. Membuka laci dan membawa kotak obat lalu berjongkok dihadapan Jehan.

"Lepas jaketmu" titahnya yang tidak dijawab oleh Jehan membuat ia mendengus sebal "Jehan apa kau dengar aku?"

Gadis itu terkesiap lalu mengangguk ragu dan mulai melepas jaketnya. Jimin mulai membuka kotak obatnya setelah memerintah Jehan agar melipat lengan baju panjangnya. "Lukamu keluar darah mungkin karena tidak sengaja tertekan tadi" Ucap Jimin mulai membersihkan lukanya dan memberikan obat "Tahan"

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang